Eramuslim.com – Banyaknya kegiatan parade kebhinekaan di beberapa daerah cukup diapresiasi Himpunan Kerukunan Kebangsaan Jawa Timur.
Bahkan, perwakilan dari Himpunan Kerukunan Kebangsaan Jawa Timur pun juga turut hadir dalam acara dialog seminar kebhinekaan yang digelar di gedung DPRD Jatim yang dihadiri Kapolri Jendral Tito Karnavian.
Wakil Ketua Himpunan Kerukunan Kebangsaan Wilayah Jatim Lukman Ladjoni menilai, sejumlah ‘usaha’ untuk mengingatkan masyarakat terhadap Bhineka Tunggal Ika, merupakan salah satu wujud dari kekhawatiran para petinggi negara.
“Isu SARA akhir-akhir ini mencuat. Berbagai macam bentuk kebhinekaan digelar dimana-mana. Ini bukti bahwa pemerintah dalam kondisi khawatir.” kata Lukman Ladjoni, (19/11), seusai acara dialog kebhinekaan di gedung DPRD Jatim.
Ladjioni menjelaskan, ada dua kekhawatiran yang dirasakan oleh para pemimpin, atau para pemangku kepentingan negara.
Pertama, khawatir akan terpecah belahnya kesatuan NKRI. Kekhawatiran itu patut diapresiasi. Tetapi, ada kekhawatiran lain yang juga dirasakan, yakni kekhawatiran akan kekuasaannya yang tergerus.
Sebenarnya, kondisi kekhawatiran seperti ini, kata Ladjoni, menunjukkan jika bangsa dalam kondisi krisis kepemimpinan.
“Kekhawatiran yang kedua ini amat riskan. Karena pemimpin kita bukan murni sebagai pemimpin. Tetapi pemimpin sudah milik pengusaha. Dimana ada pengusaha, di situlah ia berkuasa dibalik pemimpin.” lanjut Lukman Ladjoni.
Kasus penistaan agama yang dialami gubernur non aktif Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dalam adalah salah satu contoh bentuk kekhawatiran para pemimpin.
Di satu sisi, pemerintah terkesan melindungi Ahok. Tetapi di sisi lain, umat menginginkan Ahok agar mendapatkan hukuman yang setimpal.
“Pertanyaannya, siapa sih yang tidak marah ketika kitabnya dilecehkan? Wajar jika ada ancaman demo besar pada 2 Desember. Penjarakan saja Ahok. Pasti selesai.” terang Ladjoni.(ts/krim)