“PengPeng” Makin Serakah di era Jokowi

jkEramuslim.com – Pertemuan keluarga JK dengan Bos Freeport Mc moran James R Moffet ada dugaan kuat, pertemuan tersebut merupakan bagian dari lobi Freeport agar Pemerintah Indonesia memperpanjang KK. Maklum, suara penolakan atas perpanjangan perusahaan tambang asal Amerika itu sudah menggema sejak beberapa bulan lalu.
“Kalla bisa saja berkilah, bahwa itu adalah pertemuan bussines to bussines. Publik juga mengenal Aksa dan anaknya itu sebagai pengusaha nasional. Namun dengan segala hormat dan mohon maaf, level dan skala bisnis keduanya berada jauh di bawah Jim Bob,” kata Direktur Eksekutif Pusat Kajian Energi dan Lingkungan (PKEL) Engkus Munarman dalam pernyataan kepada intelijen, Selasa (29/12).
Kata Engkus kegaduhan itu tentu saja sangat mengusik jaminan kelangsungan bisnis Freeport di sini. Itulah sebabnya Jim Bob dan Presdir Freeport Indonesia Ma’roef Syamsuddin sibuk ‘beranjangsana’ ke sejumlah pihak yang dianggap dapat membantu. Mereka pun datang ke Ketua DPR Setya Novanto dan pengusaha Riza Chalid yang sudah lebih dulu menghebohkan itu. Jim juga mendekati kerabat penguasa, yaitu Aksa Mahmud.
“Ketika pertemuan Novanto-Riza dengan Ma’roef merebak, adalah JK yang mendorong agar isi pertemuan dibuka ke publik. Sebagai loyalis JK, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said pun melaporkan rekaman pertemuan tersebut ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD),” ungkap Engkus.
Padahal, Sudirman tidak hadir dalam pertemuan yang dihadiri Presdir PT Freeport Indonesia Ma’ruf Syamsuddin. Karena itu seharusnya Wapres juga fair membuka isi pertemuan kerabatnya dengan Jim. Apakah murni pertemuan bisnis, atau memang ada apa-apanya.
Engkus mengungkapkan ‘Dwifungsi Pengpeng’. Inilah kosa kata baru yang pekan silam, diperkenalkan oleh Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli. Pengpeng adalah akronim dari penguasa (pejabat negara) sekaligus pengusaha.
“Fenomena dan praktik dwifungsi Pengpeng memang tidak elok. Secara etis, dwifungsi ini sangat tidak etis sekaligus tidak adil. Pengpeng mematikan peluang pengusaha (murni) yang tanpa embel-embel dan dekat dengan kekuasaan dari kompetisi yang fair,” jelas Engkus
Ia mengatakan, bukan rahasia lagi, bila bisnis keluarga penguasa selalu memperoleh hak-hak istimewa dalam berbagai tender.
Engkus mencontohkan bagaimana dwifungsi Pengpeng yang berlangsung dengan sukses justru secara telanjang ditunjukkan oleh keluarga JK sendiri.
Abdulrachim Kresno, aktivis 1978, yang rajin menelisik sepak terjang Jusuf Kalla saat berkuasa sebagai Wapresnya Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2009). Lewat twitter-nya @abdrachim001, dia bercerita panjang lebar seputar pelbagai proyek yang diguyurkan JK bagi bisnis keluarganya. Seperti diketahui, keluarga Kalla mengendalikan sejumlah grup bisnis. Di antaranya Kalla Group, Bukaka Group, Bosowa Group, dan Intim Group. Semuanya mengalami masa-masa panen raya saat JK berkuasa.
“Bukaka, misalnya, memperoleh order pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Ussu di Kabupaten Luwu Timur, berkapasitas 620 mega watt (MW), dan PLTA senilai Rp1,44 trilyun di Pinrang,” papar Engkus.
Bukaka juga membangun PLTA dengan tiga turbin di Sungai Poso, Sulawesi Tengah, yang berkapasitas total 780 MW.
Engkus mengutarakan, berdasarkan riset yang dilakukan Abdulrachim, selain ditengarai memainkan pengaruh kekuasaan untuk mendapatkan bisnis ini, pelaksanaannya pun melanggar aturan. PLTA Poso, misalnya, mulai dibangun sebelum ada analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL) yang memenuhi syarat. Begitu juga dengan jaringan saluran udara ekstra tiniggi (SUTET)-nya ke Sulawesi Selatan & Sulawesi Tenggara dibangun tanpa AMDAL.(ts/intelijen)