Seperti halnya Muhammadiyah, penganut Alif Rebo Wage atau yang biasa disebut Aboge sudah menetapkan tanggal hari pertama melakukan puasa. Penganut Islam Kejawen ini, sesuai dengan hitungan yang mereka percayai ratusan tahun itu, akan memulai puasa pada Sabtu Manis atau Sabtu Legi penanggalan Jawa atau pada Sabtu (21/7) akhir pekan ini.
“Menghitungnya mulai dari kapan Lebarannya, terus ditarik 30 hari ke belakang. Itulah bulan puasa,” kata Sumitro, Juru Bicara Trah Bonokeling Desa Pekuncen Kecamatan Jatilawang Banyumas, Selasa (17/7).
Sepekan lalu, kata dia, sekitar 2.000 pengikut Bonokeling sudah melakukan upacara unggah-unggahan atau nyadran untuk menyambut datangnya bulan puasa. Upacara tersebut diikuti seluruh anggota trah dari berbagai daerah di Jawa Tengah. Mereka datang ke Pekuncen dengan cara jalan kaki.
Dia menyebutkan, sejak jaman dulu pengikut Aboge sudah menggunakan penanggalan Jawa. Biasanya, kata dia, Aboge akan berpuasa setelah puasa yang dijalani oleh Muhamadiyah dan Nahdlatul Ulama. “Selalu beriringan seperti itu, jadi tak perlu diributkan lagi,” katanya.
Pengikut Aboge, kata dia, akan menghormati warga masyarakat lain yang akan memulai puasa pada Kamis atau Jumat besok. Dia berharap, polemik kapan puasa akan dimulai diakhiri sekarang juga.
Susanto, pengikut Aboge di Desa Cibangkong Kecamatan Pekuncen Banyumas juga menyebutkan hal yang sama. “Sesuai dengan penanggalan Jawa, kami akan puasa mulai tanggal 21 Juli,” katanya.
Santibi (67), sesepuh Aboge mengatakan, berdasarkan penanggalan Jawa, tahun ini merupakan tahun wawu. “Kalau satu hijriah atau tahun baru Jawa jatuh pada pasaran Senin Kliwon, maka Lebaran akan jatuh pada Senin Manis tanggal 20 Agustus,” katanya.
Dia mengatakan, dalam penanggalan Jawa terdapat delapan kurun waktu atau satu windu. Satu windu terdiri atas tahun Alif, Ha, Jim, Awal, Za, Dal, Ba/Be, Wawu, dan Jim akhir serta dalam satu tahun terdiri 12 bulan dan satu bulan terdiri atas 29-30 hari dengan hari pasaran berdasarkan perhitungan Jawa, yakni Pon, Wage, Kliwon, Manis (Legi), dan Pahing.
Penghitungan Aboge sendiri mulai dipakai abad ke-14 oleh para wali. Penanggalan tersebut kemudian disebarluaskan oleh Ulama Raden Rasid Sayid Kuning yang berasal dari Pajang.