Penggagalan Demo Omnibus Law: Whatsapp Diretas hingga Dinyatakan Reaktif Corona

Setelah sampai di RSUD Raja Ahmad Tabib, Saiful menunggu hampir dua jam untuk dilakukan suap. Tetapi setelah dua jam test usap juga tidak dilakukan. “Malahan petugas RS meminta saya untuk menginap semalam di ruangan kusus, saya tidak maulah, nanti karena itu pula saya positif,” katanya.

Karena menolak di isolasi di RSUD, Saiful disuruh untuk ke RSKI Galang, di Kota Batam. Setelah sempat cekcok dengan petugas, akhirnya Saiful pasrah dan di bawa ke Galang sore itu meninggalkan massa.

Sesampai di Galang, Saiful juga diminta bergabung dengan pasien lain. Ia juga menolak karena takut terinfeksi, apalagi hasil rapid tesnya tidak dinyatakan dalam surat resmi. Setelah itu, keesokan harinya Saiful dites usap, dengan hasil negatif. “Jam 13.00 wib saya dibolehkan pulang,” katanya.

Saiful mengatakan, tidak ada hasil tertulis swap yang kalau dirinya negatif. “Saya minta surat jalan, juga tidak diberikan,” tambahnya lagi.

Ia mengatakan, setelah ditetapkan reaktif ketika di Kantor DPRD Provinsi Kepri aksi tetap berlanjut dan ricuh. Bahkan beberapa mahasiswa yang ikut aksi terluka. Saiful mengatakan, sampai saat ini akun WhatsApp tak bisa digunakan, sedangkan nomor seluler sudah bisa digunakan lagi. “Yang diblokir saya sendiri aja,” katanya.

Tidak hanya itu, Saiful sempat membuat akun WhatsApp dengan nomor baru, namun hanya bisa digunakan dirinya beberapa jam saja, setelah itu diblokir lagi. “Saya buat siang, malamnya sudah di blokir lagi, yang saya hubungi hanyalah kawan-kawan media menggunakan WA itu,” kata Saiful.

Saiful sampai saat ini memastikan tidak ada ancaman lain terhadap penolakan omnibus law selain peretasan tersebut, hanya saja pikirannya terganggu. Ia juga masih mendiskusikan dengan rekan buruh lainnya untuk membawa kasus ini ke ranah hukum.

“Mungkin karena saya jadi target, saya ketua SPSI, saya juga yang membuat grup buruh Batam dan juga adminnya, setelah diretas, kawan-kawan semua keluar dari grup itu,” katanya. (*)