Pengendara Motor Membludak, Bukti Pemerintah Gagal Sediakan Tranportasi Publik

Dalam dua tahun terakhir ini, pemudik yang menggunakan sepeda motor naik 38,66 persen, dari 1.297.433 kendaaraan pada tahun 2005, menjadi 1.799.000 kendaraan di tahun 2006.

Menurut Menteri Perhubungan (Menhub) Hatta Radjasa, peningkatan pengendara sepeda motor saat mudik membuktikan meningkatnya perekonomian.

Pernyataan pemerintah itu disesalkan anggota Komisi V DPR Abdullah Azwar Anas. Menurutnya, sikap pemerintah seperti tanpa dosa ketika mengumumkan hal itu.

Padahal, katanya, kenaikan pengendara motor yang cukup besar, justru merupakan kegagalan dan ketidaksuksesan pemerintah untuk menyiapkan transportasi publik. Akibatnya masyarakat harus mencari alternatif transportasi. Padahal sepeda motor tidak didesain untuk jarak jauh, melainkan hanya untuk jarak pendek.

”Anehnya, pemerintah menyampaikan kenaikan pengguna motor ini dengan tanpa dosa dan tidak ada maping khusus. Langkah yang dilakukan hanya seperti tahun lalu, seperti menyalakan lampu dan pemerintah memberikan aba-aba. Tapi ketika macet, tidak ada policy khusus untuk pengendara motor,” kritik politisi PKB.

Jika transportasi publik seperti kereta api yang aman bisa disediakan oleh pemerintah, lanjut dia, maka tidak ada pemudik yang mengendarai sepeda motor. Apalagi untuk kereta api sudah disetujui Public Service Obligation/PSO-nya sekitar Rp 475 miliar. Sedangkan untuk angkutan laut, sedang diperjuangkan Rp 1 triliun.

”Pemerintah tidak memiliki langkah yang radikal, selain rutinitas seperti koordinasi dan sebagainya. Ini kegagalan manajemen lalu lintas. Sebab pemerintah hanya memaparkan H – 7 dan H + 7. Selain itu, pemerintah hanya menyampaikan tarif atas dengan tarif bawah. Pemerintah tidak pernah membuat kebijakan, seperti memobilisasi seluruh bus yang ada pada H – 7 dan H + 7,” sambungnya.

Akibatnya, lanjut Anas, pemerintah hanya mengatur tarif tanpa mengatur pasokan. Hal ini dikatakannya akan percuma saja. Sebab jika pasokan tidak diatur, maka yang terjadi adalah suply and demand tidak seimbang. Hal ini jelas akan menaikkan tarif angkutan itu sendiri. (dina)