Pengelola stasiun televisi diminta menjaga kesucian bulan Ramadhan dengan menyajikan program acara yang memberikan manfaat dan menggugah rasa keagamaan. Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Din Syamsuddin di sela-sela forum diskusi tentang tayangan televisi yang lebih kondusif selama bulan Ramadhan 1428H, di Hotel Aston, Jakarta, Rabu(29/8).
"Kita menyayangkan program bulan Ramadhan yang penuh hura-hura, canda, lawakan, yang kadang kala menjelek-jelekan orang lain, dan menjurus ke arah pornografi, ini bisa merusak suasana Ramadhan, "ungkapnya.
Ia menilai, tayangan yang hanya bersifat menyantuni hasrat manusiawi terhadap hiburan itu, hanya berupaya mengedepankan tontonan tanpa tuntutan. Apabila dibiarkan akan merusak kesucian, kesyahduan, kekhidmatan bulan Ramadhan.
Din menghimbau agar pemilik stasiun televisi dapat mensiasati jam primetime pada saat sahur, untuk memberikan pengetahuan dan nilai-nilai yang baik.
"Tapi yang sering terjadi tidak seperti itu, mudah-mudahan tahun ini tidak terulang lagi, stasiun televisi lebih memahaminya, "jelasnya.
Senada dengan itu, Anggota Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Fetty Fajriaty Miftah mengatakan, program tayangan televisi masih banyak yang menyimpang dari yang Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS). Oleh karenanya, Ia menghimbau kepada pemilik rumah produksi (production house) agar senantiasa berkonsultasi dengan para ulama ataupun pakar kaidah Islam, apabila akan membuat program Ramadhan, dan juga berkonsultasi dengan psikolog saat akan memproduksi program untuk anak-anak.(novel)