Eramuslim.com -Pengamat politik Ahmad Baidhowi menilai, ada penggiringan opini bahwa penegakan hukum era Presiden Joko Widodo cukup baik. Penolakan Peninjauan Kembali (PK) Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), dipaksakan sebagai bukti. Selanjutnya, diopinikan Ahok lebih berani menghadapi proses hukum ketimbang Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab.
“Buzzer pendukung Jokowi dan Ahok mengopinikan di medsos Ahok lebih berani dalam menghadapi masalah hukum ketimbang Habib Rizieq,” ungkap Baidhowi (27/03).
Menurut Baidhowi, saat ini ada strategi untuk “memancing” Habib Rizieq pulang ke Indonesia agar segera diproses hukum. “Ibarat permainan bola. Habib Rizieq dipancing untuk keluar sehingga mudah dibobol pertahanannya. Tapi Habib Rizieq sudah tahu permainan ini,” jelas Baidhowi.
Baidhowi menilai, penguasa saat ini khawatir dengan pengaruh Habib Rizieq yang dikhawatirkan ikut menyumbang kekalahan Jokowi di Pilpres 2019.
“Lihat saja para calon pemimpin daerah yang berseberangan dengan pemerintah, mengunjungi Habib Rizieq di Mekah,” kata Baidhowi.
Kata Baidhowi, Habib Rizieq akan kembali ke Indonesia di saat momentum yang tepat. “Jelang Pilpres 2019 Habib Rizieq akan pulang ke Indonesia,” kata Baidhowi.
Sebelumnya, intelektual muda NU, Nadirsyah Hosen di akun Twitter @na_dirs menulis: “Ahok dihukum penjara. PK Ahok ditolak. Kurang bukti apa lagi sistem hukum telah berjalan dengan baik? Sistem tidak zalim kan? Tinggal kita tunggu HRS kembali ke tanah air hadapi kasus hukumnya sesuai dengan sistem hukum yang berlaku. Gak usah khawatir sistem hukum kita tidak adil kan?”
Di sisi lain, tidak sedikit yang mengapresiasi majelis hakim PK yang dipimpin Hakim Agung Artidjo Alkostar. Keputusan MA itu sudah tepat karena menguatkan putusan sebelumnya dan tidak ada bukti baru yang diajukan Ahok terkait penistaan agama yang telah dilakukannya.
“Penista agama adalah perusak kebhinekaan Indonesia. Ente mendukung Ahok, si penista agama, tapi ente teriak-teriak paling berbhineka. Kebohongan, ente umbar!!!” tulis Direktur Centre for Strategic and Policy Studies (CSPS), Prijanto Rabbani, di akun @PrijantoRabbani. (kl/itoday)