Eramuslim – Yang menarik pada pertarungan politik saat ini jelang Pilpres 2019, menurut pengamat politik Lutfi Sarif Hidayat, adalah perang di dunia maya melalui tanda pagar (tagar/hashtag) yang sangat menonjol.
Ada beberapa tagar dari kedua belah pihak, yang menurutnya sedikit banyak menuai kontroversi. Sebut saja #2019GantiPresiden, #2019PrabowoSandi, #2019TakutDiganti, #Jokowi2Periode, #2019JokowiMaruf, dan seterusnya.
Lebih menarik lagi, menurut Direktur Civilization Analysis Forum (CAF) ini, jika difokuskan pada tagar #2019GantiPresiden.
Alasannya, pertama, tagar ini muncul jauh sebelum adanya kepastian semua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.
Artinya, terang Lutfi, tagar ini muncul sebagai anti-tesis terhadap kepemimpinan presiden yang menjabat, yakni Joko Widodo.
“Bisa dimaknai tagar ini untuk mengkritik Jokowi selaku petahana, bahwa pada periode mendatang Jokowi diharapkan tidak menjadi presiden untuk kedua kalinya,” ujarnya kepada hidayatullah.com, Rabu (06/09).
Kedua, tagar ini tidak sekadar pernak-pernik dunia media sosial. Tagar ini sudah menjadi sebuah gerakan politik. Di berbagai tempat sudah banyak berlangsung deklarasi gerakan ini. Kaos dan segala asesoris lainnya bermunculan dan bertuliskan tagar ini.
Di media sosial pasukan-pasukan gerakan ini begitu banyak dan terbilang bergerak dengan solid. Meski di beberapa titik mendapat pengadangan, pelarangan, dan persekusi.