Perjanjian pertahanan (Defense Cooperation Agreement/DCA) antara Indonesia dengan Singapura, akan memudahkan Singapura untuk memetakan wilayah Indonesia, termasuk mencari potensi-potensi yang ada di Indonesia.
Hal itu terlihat dari ketentuan perjanjian DCA yang berjangka waktu 25 tahun, baru bisa direvisi setelah berjalan selama 13 tahun, meski demikian tidak terlihat adanya skenario Singapura untuk menyerang Indonesia.
Hal tersebut dikatakan Peneliti LIPI Alfitra Salam dalam diskusi bertema "Perlukah Indonesia Meratifikasi Defense Cooperation Agreement (DCA)", di Gedung DPD RI, Jakarta (27/6).
"Singapura hanya ingin mengamankan perekonomiannya di Selat Malaka, dengan melakukan latihan bersama di wilayah Indonesia dengan masa latihan lima hari per minggu, maka Singapura akan bisa mengamankan Singapura, Natuna dan Kalimantan, ” katanya.
Menurutnya, kecurigaan itu muncul setelah melihat sikap Singapura begitu menggebu-gebu untuk membuat perjanjian tersebut, dan kecurigaan masyarakat bertambah ketika pemerintah, dalam hal ini Departemen Luar Negeri dan Departemen Pertahanan sangat tertutup dalam pembahasan DCA.
Alfitra menganggap, sebagian besar pasal dari perjanjian pertahanan yang ditandatangani oleh Indonesia-Singapura pada April lalu itu, dapat mengganggu kedaulatan masyarakat Indonesia. Di mana pasukan Singapura dapat seenaknya masuk ke wilayah Indonesia, dan Indonesia tidak bisa mengawasinya. Selain itu, Singapura berhak melakukan latihan bersama dengan pihak ketiga tanpa keikutsertaan Indonesia.
"Saya tidak tahu apakah DCA ini merupakan bentuk kekonyolan Indonesia, atau kepandaian Singapura memanfaatkan kebodohan Indonesia, " tukas dia.
Sementara itu, Anggota Panitia Ad Hoc IV DPD RI, Laksamana TNI (Purn) Benyamin Bura mengatakan DPD RI telah menyatakan sikap menolak perjanjian DCA. Menurutnya, pemerintah harus mendengarkan suara dari daerah dalam membuat perjanjian, sebab daerah merupakan bagian dari NKRI.
"Bisa dibayangkan jika pesawat Singapura meraung-raung di atas wilayah Indonesia, dan masyarakat melihatnya maka akan menimbulkan rasa kekecewaan masyarakat, dan turunnya rasa kebanggaan sebagai sebuah bangsa, "ungkapnya. (novel)