Pengamat keuangan M. Iqbal menyatakan, sistem standar mata uang emas, yaitu Dinar dan Dirham lebih mampu mengatasi krisis ekonomi.
Demikian Iqbal dalam diskusi "Hegemoni Ekonomi Barat dan Solusinya" di Kantor Institute for the Study of Islamic Thougth and Civilization (INSIST), Jakarta.
Alasannya, kedua mata uang ini sepanjang sejarah telah terbukti anti inflasi dan sangat adil dibandingkan dengan dollar. "Sebab dengan sistem fractional reserve terbukti adanya ketidakadilan yang luar biasa. Pencetakan mata uang Dolar kertas (US$ 1 s/d US$ 100) yang hanya memakan ongkos US$ 0. 05 (5sen) harus dihargai dengan nilai yang berlipat ganda oleh negara-negara lain, apalagi Indonesia, " ujarnya.
Menurutnya, bukti kesaktian mata uang dinar- dirham melalui beberapa data ilmiah, di antaranya grafik perkembangan index harga dari tahun 1657 s/d 1817 di kekhalifahan Ustmaniah yang lebih stabil (lebih datar) dibanding dengan trend liner index harga di wilayah Kerajaan Inggris.
"Banyaknya manfaat dari penggunaan dinar dan dirham yang sangat nyata khususnya untuk menyembuhkan sindrom pensiunan. Hal ini sangat berbeda dibandingkan peranan uang fiat, yang secara sempurna terbukti sebagai alat tukar yang tidak adil, karena nilainya yang selalu berubah, baik dalam peranannya sebagai satuan pembukuan maupun sebagai penyimpan nilai kekayaan. "
Iqbal menegaskan, dalam masalah ekonomi, khususnya mata uang, telah terbukti sabda Rasulullah SAW bahwa umat Islam telah ikut Yahudi dan Kristen memasuki lubang biawak (hujra dhabb).
Dengan demikian, tambah dia, sistem kapitalisme dapat dilawan dengan konsep wakaf, infaq dan sedekah yang salah satunya diwujudkan dengan mendirikan pasar dalam konsep Islam. (dina)