Pengamat intelijen, Mardigu Wawiek Prasantyo bisa memberikan kepastian bahwa pelatihan sekitar sepuluh orang yang diduga polisi sebagai teroris dilakukan di Markas Komando Brimob Kelapa Dua.
“Confirmly, mereka dilatih di Mako Brimob,” ucap Mardigu dalam acara diskusi yang diselenggarakan FKSK atau forum kajian Forum Umat Islam (FUI) di Jakarta siang tadi (Kamis, 26/8).
Namun, Mardigu tidak bisa memberikan kepastian seperti apa pelatihan yang dilakukan.
Apa yang diucapkan Mardigu ini memang menarik. Karena, bagaimana mungkin kesatuan Brimob tidak tahu kalau markasnya dijadikan sarana pelatihan kemiliteran oleh orang-orang yang beberapa bulan kemudian ditangkap Densus 88 sedang melakukan pelatihan kemiliteran di Aceh.
Seperti diketahui publik bahwa Densus 88 menangkap sejumlah orang yang diduga sedang melakukan pelatihan kemiliteran yang ada kaitannya dengan terorisme. Pelatih kemiliteran yang menjadi sosok sentral di Mako Brimob dan juga Aceh itu adalah seorang anggota polisi Polda Jabar yang bernama Sofyan Sauri. Polisi menjelaskan bahwa Sofyan memang anggota Polri, tapi sudah desertir.
Mardigu juga masih belum menangkap adanya hubungan langsung antara tersangka yang diduga melakukan pelatihan teroris di Aceh dengan Abu Bakar Ba’asyir.
Ketika ditanya soal motif kemunculan terorisme yang dekat kaitannya dengan oknum aparat, Mardigu menduga bahwa itu ada kaitannya dengan dana proyek terorisme yang jumlahnya lumayan besar.
"Sulit dipungkiri bahwa dana penanganan terorisme itu memang besar," ucapnya dalam forum diskusi yang dihadiri ratusan orang dari ormas Islam ini.
Hadir sebagai pembicara lain dalam diskusi tersebut, Kabid Mitra Divhumas Polri, Kombes Zulkarnaen, anggota tim pengacara muslim, Munarman, anggota Komisi III DPR, Fachri Hamzah, dan Sekjen FUI, Muhammad Al-Khaththath. Mnh
foto ilustrasi: kompasiana