Pengamat: Cak Imin dan Mahfud di Level Kebijakan, Gibran di Level Anak Sekolah

 

eramuslim.com – Penilaian publik terhadap penampilan tiga cawapres pada debat keempat pilpres 2024 bermunculan. Mereka memberikan penilaian tentang kemampuan dan kapasitas kandidat dalam memaparkan isu yang diperdebatkan.

Penilaian atas penampilan cawapres pada debat keempat salah satunya datang dari
Pakar kebijakan publik dan CEO Narasi Institute, Achmad Nur Hidayat. Dia memberikan penilaian berbeda terhadap tiga cawapres tersebut.

Diketahui, pada pilpres 2024, ada tiga pasangan calon yang bertarung. Untuk cawapresnya masing-masing Muhaimin Iskandar (nomor urut 1), Gibran Rakabuming Raka (nomor urut 2) dan Mahfud MD (nomor urut 3).

Dalam penilaian Achmad Nur, cawapres Muhaimin dan Mahfud mampu menunjukkan kapasitas sebagai calon pemimpin yang berada di level kebijakan, sedangkan Gibran belum matang dan berada di level anak sekolah yang suka main tebak-tebakan.

Achmad Nur lantas menjelaskan bahwa dalam pembuatan kebijakan, kemampuan dalam memahami persoalan dengan cara pandang yang strategis bukanlah opsi, melainkan keharusan. Seorang policy maker yang efektif, juga harus mampu menembus permukaan masalah dan melihat gambaran besar, mengidentifikasi akar permasalahan dan potensi solusi jangka panjang.

“Ini bukan hanya tentang mencari solusi, tetapi membangun strategi yang berkelanjutan dan menciptakan dampak positif yang luas,” ujar Achmad Nur, dilansir dari jpnn.com, Senin (22/1).

Dia mengatakan kecakapan menempatkan prioritas terpenting adalah kunci. Dalam dunia yang serba cepat dan penuh dengan isu yang bersinggungan, kemampuan untuk memutuskan mana yang harus diutamakan, menentukan efektivitas kebijakan.

Nah, debat cawapres terakhir menurutnya membuka mata publik pada realitas kebijakan di Indonesia. Di satu sisi, ada Muhaimin dan Mahfud MD yang berusaha membahas tema dengan serius dan dalam kerangka ‘policy debate’.

“Mereka menunjukkan pemahaman mendalam tentang isu dan potensi solusinya, serta kemampuan untuk mengkomunikasikannya kepada publik dengan efektif,” ucapnya.

Di sisi lain, Achmad Nur menyebut ada Gibran yang penampilannya dalam debat terakhir menunjukkan kekurangan yang mencolok. “Sebagai contoh, ketika Gibran menyentuh soal litium. Pertanyaannya tidak jelas arah dan tujuannya dalam konteks kebijakan nasional. Ini mencerminkan kurangnya pemahaman substansial tentang isu yang dibahas,” tuturnya.

Dia juga menilai perilaku Gibran menunjukkan kecenderungan lebih mengutamakan gimmick ketimbang substansi, seperti permainan anak sekolah daripada debat serius tentang masa depan bangsa.

 

Beri Komentar