Pemerintah hendaknya tidak perlu bersusah payah untuk menyatukan penentuan Hari Raya Idul Fitri 1428 Hijriah. Selama dalam menentukan 1 Syawal itu berdasarkan kaidah yang dibenarkan dalam Islam, harus bisa diterima.
Demikian dikemukakan Anggota DPR dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (FPPP) H Chairul Anwar Lubis, menanggapi upaya pemerintah untuk menyatukan Hari Raya Idul Fitri antara NU dan Muhammadiyah.
Menurutnya, masalah perbedaan hari raya selama ini tidak menimbulkan masalah di kalangan masyarakat, karena Umat Islam di Indonesia selama ini sudah terbiasa dengan penentuan hari raya tersebut.
"Karena itu seorang wakil presiden ataupun pemerintah tidaklah perlu susah-susah untuk menyatukan jatuhnya 1 Syawal 1428 H, "ujarnya.
Lebih lanjut Anwar Lubis mengatakan, keyakinan perbedaan 1 Syawal sekarang ini pun tidak akan mempengaruhi silaturahmi di kalangan umat Islam, sebab Umat Islam Indonesia sekarang ini sudah lebih dewasa.
"Masalah furuiyah, khilafiah, termasuk dalam persoalan menentukan 1 Syawal ataupun yang lain-lain sudah terbiasa dengan perbedaan, saya rasa biarkan sajalah, "tandasnya.
Ia menilai, baik NU maupun Muhammadiyah sudah melakukan perhitungan yang didasarkan pada kaidah yang dibenarkan menurut ketentuan Al-Quran dan hadis Rasulullah SAW. Perbedaan yang muncul tersebut, hanyalah menyangkut masalah penafsiran semata.
Anwar Lubis menambahkan selama ini memang penentuan hari raya itu sudah dilakukan oleh para ahlinya maka biarkanlah semuanya mengalir seperti air saja. Dan yang menentukan benar atau tidaknya adalah Allah SWT.
Ia menegaskan, saat ini yang perlu dilakukan oleh pemerintah dan segenap umat Islam adalah bagaimana pelaksanaan Idul Fitri dijaga kekhusyukannya, sehingga hal-hal yang tidak diinginkan tidak perlu terjadi. "Jangan sampai goal puasa yang diarahkan oleh Allah menjadi sarana untuk menjadikan orang-orang yang beriman menjadi orang yang bertaqwa rusak, hanya karena polemik seputar hari raya, "imbuhnya.(novel)