Pemerintah memastikan mulai tahun ini, dibuka kesempatan bagi maskapai penerbangan swasta untuk melayani angkutan penerbangan haji, menyusul kebijakan pemerintah Arab Saudi sebelumnya.
"Arab Saudi sudah membuka diri dari single designated menjadi multi designated, termasuk untuk penerbangan haji reguler, " kata Dirjen Perhubungan Udara, Departemen Perhubungan (Dephub), Budhi M. Suyitno kepada pers, usai menandatangani perjanjian hubungan udara Indonesia-Yunani di Departemen Perhubungan, Jakarta, Selasa (24/6).
Dalam konteks itu, menurut Budhi, mengalami kemajuan yang signifikan karena sekitar 30 tahun lebih, kedua negara bertahan hanya kebijakan tunggal untuk maskapainya.
"Artinya selama itu, hanya Garuda yang bisa terbang ke Arab Saudi. kini, tidak lagi. Hal yang sama juga diberlakukan Arab Saudi ke Malaysia, " paparnya.
Kebijakan multi designated itu, lanjut Budhi, disepakati dalam pertemuan di Bali antara kedua Direktorat Perhubungan Udara kedua negara pada Mei 2008.
Dalam pertemuan itu, Arab Saudi mengizinkan penambahan frekuensi penerbangan reguler langsung ke Arab Saudi dari tujuh kali per minggu menjadi 21 kali per minggu.
Tidak hanya itu, Arab Saudi sudah mendeklarasikan bahwa untuk maskapai yang masuk kategori I ketika masuk ke bandara di sana, tanpa diaudit dulu, sedangkan untuk kategori II, harus diperiksa dulu.
Budhi juga menjelaskan, salah satu maskapai yang sudah berminat dan paling siap adalah Lion Air. Maskapai itu, kata Budhi, sedang menunggu proses kedatangan pesawat B747-400 yang disebut-sebut akan dioperasikan pada penerbangan langsung, Jakarta-Arab Saudi.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Angkutan Udara Departemen Perhubungan Tri Sunoko menjelaskan, pengajuan dari Lion Air untuk terbang ke Arab itu sudah diteruskan ke Departemen Luar Negeri. "Butuh izin dari Departemen Luar Negeri sana (Arab), " katanya.
Tri mengatakan, rencana terbang Lion Air ke Arab itu harus didukung dengan pesawat yang memadai yakni Boeing 747-400.
Menurutnya, pesawat jenis itu dapat memenuhi aspek efsiensi penerbangan ke Arab selama 10 jam. Jika Lion menggunakan pesawat Boeing 737-900 Extended range (ER) miliknya, maka cenderung boros sebab harus transit.
Dia juga menyarankan, Lion sebaiknya melakukan penerbangan dengan frekuensi minimal tujuh kali per minggu. "Kalau tanggung-tanggung, rugi karena konsumen butuh kepastian setiap hari, " pungkas Tri. (novel)