Hasil Polling Ungkap Muslim Indonesia dan Malaysia Inginkan Penerapan Hukum Syariah

Eramuslim.com – Laporan jajak pendapat terbaru yang dilakukan oleh Pew Research Center (PRC), Sebagian besar umat Islam di Indonesia dan Malaysia mendukung hukum syariat yang ketat dijadikan sebagai hukum resmi negara. Menariknya temuan ini dianggap sebagai tanda meningkatnya pengaruh konservatisme agama, ciri khas ketakutan Barat pada Islam.

”Saat ini, 64% Muslim di Indonesia mengatakan bahwa syariah harus dijadikan sebagai hukum negara. Mayoritas Muslim di negara ini juga mendukung hukum Islam dijadikan sebagai hukum nasional yang resmi ketika ditanyakan,” tulis Peneliti Senior, Jonathan Evans dalam survei tersebut, dikutip detik hari Kamis, (14/9/2023).

Di Malaysia, angka dukungan terhadap syariat Islam sebagai hukum negara bahkan lebih tinggi, mencapai 86 persen.  Temuan ini bukanlah hal baru, dalam survei tahun 2011 dan 2012, sebagian besar Muslim Malaysia mendukung hukum Islam sebagai hukum resmi di negara tersebut.

Survei yang dipublikasi pada 12 September ini merupakan bagian dari riset yang lebih luas, melibatkan 13.122 responden dari enam negara di Asia Tenggara.

Adapun hukum syariat yang dimaksud dalam jajak pendapat dari PRC ini termasuk pelarangan alkohol dan hukuman bagi pelaku perzinahan, meski dua hal itu bagian kecil saja dari penerapan hukum Islam. Demikian menurut laporan berjudul “Buddhism, Islam, and Religious Pluralism in South and Southeast Asia” ini.

Uniknya, menurut Pew Research, dukungan penerapan hukum Islam ini datang baik dari umat yang religius maupun mereka yang tidak menjalankan shalat sehari-hari. Sementara di Malaysia, responden yang shalat setiap hari memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendukung penerapan syariat dibandingkan responden lainnya.

Di Kamboja, Sri Lanka, dan Thailand – negara-negara yang setidaknya 70% penduduk dewasanya beragama Buddha – lebih dari sembilan dari sepuluh umat Buddha mengatakan bahwa menjadi umat Buddha adalah hal yang penting untuk benar-benar menjadi bagian dari negara mereka, menurut survei yang dilakukan oleh Pew Research Center pada tahun 2022 terhadap enam penduduk di negara Asia Selatan dan Tenggara.

Misalnya, 95% umat Buddha di Sri Lanka mengatakan bahwa menjadi umat Buddha itu penting untuk menjadi orang Sri Lanka yang sejati – termasuk 87% yang mengatakan bahwa agama Buddha sangat penting untuk menjadi orang Sri Lanka yang sejati.

Menurut hasil survei, umumnya warga di Kamboja, Indonesia dan Malaysia paling mendukung keterlibatan politik para pemimpin agama. Sementara mayoritas orang dewasa di Sri Lanka, Singapura dan Thailand menentang partisipasi aktif pemimpin agama dalam kehidupan politik.

Temuan menunjukkan kurang dari sepertiga warga Singapura (29%), Thailand (24%) dan Sri Lanka (21%) percaya bahwa pemimpin agama harus menjadi politisi. Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan jumlah penduduk dewasa di Kamboja (45%), Indonesia (48%). %) dan Malaysia (54%) yang mengambil posisi yang sama.

Dalam survei ini juga ditemukan hampir semua Muslim di kedua negara –Malaysia dan Indonesia– mengatakan menjadi Muslim itu sangat penting. Umat Islam di kedua negara umumnya menggambarkan Islam sebagai sebuah budaya, tradisi keluarga atau etnisitas – bukan sekedar “agama yang dipilih untuk dianut.”

Misalnya saja, tiga perempat warga Muslim Malaysia mengatakan Islam adalah “sebuah etnis dimana seseorang dilahirkan.” Begitu juga Muslim Indonesia yang telah diteliti.

Secara keseluruhan, masyarakat muslim di Indonesia memandang Islam sebagai lebih dari sekadar agama. Sebanyak 82 persen mengidentifikasi Islam sebagai bagian dari identitas budaya mereka, 81 persen melihatnya sebagai tradisi keluarga, dan 77 persen menganggap Islam sebagai bagian dari identitas etnis mereka.

Beri Komentar