Mabes TNI membantah telah melakukan penembakan langsung ke warga Desa Alas Tlogo, Lekok, Pasuruan hingga mengakibatkan tewasnya empat warga.
Sesuai dengan keterangan resmi dari Komandan Korps Marinir Mayjen Safzen Noerdin, maupun Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto, anggota Marinir di lapangan sudah melakukan tindakan sesuai prosedur tetap (protap), dan warga tewas itu karena terkena peluru yang memantul dari tanah.
Menanggapi pernyataan ini, Anggota Komisi I DPR Yuddy Chrisnandi menyatakan, argumentasi Panglima TNI bahwa tewasnya warga Pasuruan akibat pantulan peluru yang ditembakkan ke tanah, sebagai sebuah pernyataan yang tidak masuk akal.
"Itu ngawur dan tidak masuk akal secara teori, pernyataan Panglima itu mengarah ke kebohongan publik, " ujarnya ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (31/5).
Ia menjelaskan, secara logika bila peluru memantul ke tanah, pasti akan pecah terlebih dahulu, tetapi kenyataan peluru itu menebus kepala, jadi peluru itu ditembak secara langsung ke sasaran.
Sementara itu, Wakil Ketua MPR AM Fatwa menilai, peristiwa penembakan warga di Pasuruan merupakan kegagalan reformasi ditubuh TNI, karena selama ini praktek kekerasan masih saja terjadi, bahkan dalam eskalasi yang lebih luas langsung berhadapan dengan rakyat.
"Berbagai tindak kekerasan yang dilakukan prajurit TNI belakangan ini membuktikan betapa lemahnya pembinaan internal TNI. Sehingga mengakibatkan gagalnya reformasi perilaku prajurit TNI, "ujarnya
Karena itu, ia meminta agar Panglima TNI meninjau kembali sistem dan pola pembinaan yang diterapkan TNI saat ini, serta mengusut tuntas kasus Pasuruan.
Akibat bentrok antara anggota pasukan marinir dengan ratusan warga yang terjadi di Pasuruan kemarin, lima orang tewas dan tujuh lainnya luka-luka. Salah satu korban meninggal adalah bocah berusia 3 tahun bernama Choirul bin Sutrisno, di mana ia tertembak saat digendong oleh ibunya yang juga menjadi korban meninggal.(novel)