Peneliti politik ekonomi dari Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan Universitas Gadjah Mada (UGM), Ichsanuddin Nooersy, menyatakan, sejumlah menteri memang layak diganti. Tapi di antara anggota Kabinet Indonesia Bersatu, Menteri Luar Negeri Hassan Wirayuda paling sulit dicopot. Alasannya, ia merupakan sosok yang disukai Amerika Serikat (AS).
"Menlu tidak bakal diganti, karena yang bersangkutan sangat disukai AS. Sedangkan Menhan mungkin, tapi karena memang sudah sakit dan pernah terkena strook ringan. Kalau Sofyan Djalil, akan jadi Menneg BUMN, " ujar Ichsanuddin di Jakarta Selasa (17/4).
Ia menilai, beberapa menteri yang perlu diganti antara lain Mendagri, Menhukham, Mensesneg, Menko Perekonomian, Menkeu, Menhub, Menneg BUMN, Menkimpraswil, dan Menpera. "Tetapi yang lebih menarik dari hal itu tadi, kenapa isu reshuffle justru lebih dulu dinyatakan Wapres, " sambungnya.
Dijelaskannya, ada tiga isu yang mendorong perombakan. "Pertama, karena tidak efektifnya pemerintahan; kedua, buruknya kinerja Kabinet Indonesia Bersatu; lalu ketiga, rentannya situasi sosial politik, " tandas dia.
Menurut dia, karena memang persoalan kabinet terkait pada banyaknya anggota kabinet berperilaku hanya untuk kepentingan kelompok dan pribadinya.
"Sebaliknya, sangat miskin anggota kabinet yang berkarakter memenuhi panggilan-panggilan konstitusi dan merasakan denyut nurani rakyat. Miskinnya karakter ini memperkuat ketidakberdayaan kabinet menghadapi gejolak ketidakpuasan masyarakat, " kritik mantan anggota DPR asal Golkar itu.
Karenanya, reshuffle sekarang pun harus mengkalkulasi kemampuan menjawab aspirasi rakyat. "Bukan aspirasi konglomerat, " imbuh Ichsanuddin. (dina)