Peneliti Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS), Adian Husaini MA, mengimbau agar pejabat yang berwenang di perguruan tinggi Islam meninjau kembali buku Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya karya Prof. Dr. Harun Nasution yang menjadi buku rujukan dalam studi Islam di Perguruan Tinggi Islam.
"Buku tersebut memuat banyak kekeliruan yang sangat fatal, " ujar Adian akhir pekan kemarin pada acara tasyakkuran atas terpilihnya dua buku karya peneliti INSISTS sebagai juara I dan II untuk kategori non-fiksi dalam acara Islamic Book Fair di Jakarta, Maret 2007.
Buku Dr. Anis Malik Thoha berjudul "Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis" (GIP, 2005) meraih penghargaan nomor satu, sedangkan buku Adian Husaini yang berjudul "Hegemoni Kristen-Barat dalam Studi Islam di Perguruan Tinggi" (GIP, 2006), meraih penghargaan sebagai juara II untuk kategori yang sama.
Adian, yang juga anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyayangkan mayoritas sarjana studi Islam ikut-ikutan cara Barat. "Kalau umat Islam kalah dengan Barat dalam sains-teknologi, bisa dimaklumi. Tapi, jika kalah dalam studi al-Quran dan hadits, itu sangat tidak wajar, " kata Adian.
Ia pun menunjukkan fakta-fakta bagaimana banyak umat Islam yang bersemangat mendirikan kampus-kampus Islam tetapi kurang seriusdalam mengembangkan studi Islam, sehingga ditinggalkan oleh umat Islam sendiri.
Secara khusus, Ketua Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) inimemaparkan masuknya dominasi Barat dalam studi Islam di Indonesia.
"Selain pengiriman dosen-dosen agama untuk belajar Islam ke Barat, pengaruh Barat dalam studi Islam itu dimulai ketika pada tahun 1973 buku Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya karya Prof. Dr. Harun Nasution ditetapkan sebagai rujukan wajib dalam mata kuliah Pengantar Agama Islam di Perguruan Tinggi Islam, " tukasnya.
Tahun 1975, sambungnya, mantan Menteri Agama pertama RI, Prof. HM Rasjidi sudah meneliti buku tersebut, dan menyatakan, bahwa buku tersebut "sangat berbahaya."
Rasjidi juga mengharapkan agar Departemen Agama menarik buku tersebut sebagai buku wajib di seluruh IAIN di Indonesia. Karena imbauannya tidak pernah ditanggapi, maka pada tahun 1977, Rasjidi menerbitkan bukunya yang berjudul Koreksi terhadap Dr. Harun Nasution tentang `Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya’. "Sayang sekali, imbauan Prof Rasjidi itu tidak pernah diperhatikan, " imbuhnya.
Adnin Armas MA, Direktur Eksekutif INSISTS menambahkan, sejarah studi Islam di negara-negara Barat dimotori oleh para orientalis Yahudi-Kristen. Meski saat ini sejumlah orientalis mencoba bersikap objektif terhadap Islam.
Para mahasiswa Muslim, katanya, perlu sangat berhati-hati dalam mengadopsi pendapat para orientalis. Sebab, mereka mempunyai asumsi-asumsi tentang Islam berdasarkan agama mereka sendiri.
"Bagaimana bisa terjadi kaum Muslimin Indonesia membiarkan ratusan sarjana agamanya setiap tahun belajar Islam kepada kaum non-Muslim, " kata Adnin, yang juga anggota Majelis Tarjih PP Muhammadiyah.
Karena itulah, Adnin mengajak kaum Muslimin untuk memikirkan masalah yang sangat serius ini, untuk membangun satu pusat studi Islam yang tidak kalah kualitasnya dengan pusat-pusat studi Islam di Barat. (dina)