“Jangan sampai hak publik untuk mendapat berita yang benar, akurat, cover both side, itu tidak terjadi karena kepentingan politik pemiliknya. Kami berharap owner jangan mencampuri urusan newsroom,” tegasnya.
Senada, analis politik dari Universitas Brawijaya, Wawan Sobari, mengatakan media yang netral justru sesuatu yang “absurd”. Sebab, menurut dia, kebijakan redaksi pasti dikendalikan pemilik atau pasar.
Meski menganggap keberpihakan adalah hal yang wajar, akan tetapi ia menyerukan agar tak boleh ada semacam taklid buta.
“Keberpihakan media wajar, namun (harus) tetap kritis, berdasarkan data dan fakta,” ujar Wawan.
Menurutnya, keberpihakan media yang tidak berdasarkan data dan fakta inilah yang akan merugikan masyarakat.
Karena itu, ia meminta asosiasi wartawan menjaga kritisisme media dan pembaca selama pemilu berlangsung.
Untuk diketahui, terpilihnya bos Republika Erick Thohir sebagai Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Amin kian memperpanjang daftar pengusaha/pemilik media yang ada di kubu petahana.
Sebagai pengusaha, Erick Thohir tercatat sebagai pendiri dan pemilik Mahaka Group. Konsorsium perusahaan itu memiliki empat media daring, empat media cetak, dan empat media berbasis broadcasting. Beberapa di antaranya seperti Jak TV, Gen FM, Harian Republika, Parents Indonesia, hingga republika.co.id.
Sebelum Erick Thohir bergabung, sudah ada Hary Tanoesoedibjo, Ketua Umum Perindo yang juga menguasai jaringan MNC Media. Ia pemilik resmi RCTI, Global TV, Koran Sindo, Okezone, INews TV, dan sejumlah media elektronik lain.