Jum’at (22/5) yang lalu 2 relawan MER-C meninggalkan Bandara Soekarno Hatta menuju Khartoum Sudan. Keberangkatan kedua relawan ini dalam rangka memenuhi undangan dari Pemerintah Sudan. Dua relawan yang berangkat tersebut adalah dr. Joserizal Jurnalis, Sp.OT dan dr. Henry Hidayatullah yang keduanya merupakan Presidium MER-C. Turut ikut bersama MER-C 2 kru dari salah satu televisi nasional, TV1.
Keberangkatan kali ini dilepas langsung oleh Duta Besar Sudan untuk Indonesia, H. E. Mr. Ibrahim Bushra. Pemerintah Sudan mengundang MER-C setelah mereka menghentikan kegiatan 10 NGO asing yang selama ini bekerja di Sudan, tepatnya di Darfuur. Pemerintah Sudan berharap MER-C dapat membantu menangani permasalahan di Darfuur yang saat ini sudah banyak dipolitisasi oleh kepentingan asing.
Sekedar informasi, masalah Sudan sendiri khususnya konflik di Darfuur mulai ramai diberitakan di berbagai media internasional akhir-akhir ini setelah ICC (International Crime Court) atau Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat penangkapan kepada Presiden Sudan Omar al-Bashir. Dalam surat tertanggal 4 Maret, ICC mendakwa al-Bashir telah melakukan kejahatan perang dan kemanusiaan di Darfuur. Masalah inilah yang menjadi sorotan internasional dan menjadi sasaran INGO (International Non-Governmental Organization) untuk menuntut dilakukan investigasi di wilayah tersebut.
MER-C sendiri sudah cukup lama mengamati pemberitaan masalah Darfuur. Ketika datang undangan dari Pemerintah Sudan, maka MER-C sebagai sebuah lembaga sosial kemanusiaan pun menerima undangan ini. Namun Tim yang dipersiapkan oleh MER-C kali ini bukanlah Tim Bedah atau Medis seperti biasanya, namun Tim Advance yang tugas utamanya melakukan survey dan initial assessment terhadap masalah pengungsian di Darfuur.
Selama 10 hari Tim MER-C di Sudan, selain melakukan kunjungan dan pertemuan dengan Duta Besar RI di Sudan (Drs. Tajuddien Noor Bolimalakalu, SH., MH., MM), Tim juga bertemu dengan sejumlah pejabat Sudan terkait seperti Commisioner General of Humanitarian Aid Commission Republic of Sudan, General Secretary of Humanitarian Aid Commission Darfuur Selatan, dan Majelis Ulama Sudan. Sebelumnya direncanakan Tim MER-C juga dijadwalkan akan beraudiensi dengan Presiden Sudan, Omar al-Bashir, namun sayangnya audiensi ini belum dapat terlaksana karena jadwal presiden yang sangat padat hingga menjelang waktu kepulangan Tim ke Indonesia.
Hari ke-3 tiba di Sudan, Tim didampingi pemandu dari Sudan langsung menuju Darfuur sebuah propinsi tempat konflik dan masalah pengungsian berada. Tidak tersedianya jalur darat membuat perjalanan menuju Darfuur ditempuh dengan pesawat “Marsland” dengan waktu tempuh selama 2 jam. Tim MER-C mengunjungi Darfuur Selatan tepatnya kota Nyala. Selama 3 hari Tim berusaha melakukan initial assessment ke sejumlah kamp pengungsian di Darfuur Selatan. Kondisi masyarakat di pengungsian
sangat memprihatinkan!
Pada hari Senin/1 Juni 2009, Tim merampungkan misi advance di Sudan dan kembali ke Jakarta. Sejumlah foto dan data hasil survei yang didapat Tim akan menjadi dasar untuk pembuatan program dan kampanye rencana misi untuk Sudan selanjutnya. Semoga misi advance ini bisa menjadi awal yang baik bagi peningkatan hubungan antara Indonesia dan Sudan.(mer-c)