Eramuslim.com – Pemerintah menjamin keputusan untuk mengizinkan impor 500.000 ton beras tidak akan mengganggu para petani. Impor beras tersebut hanya digunakan untuk menghindari kekosongan stok sebelum masa panen raya pada Maret 2018.
“Impor dilakukan untuk menghindari kekosongan stok yang dapat mengakibatkan melambungnya harga beras di berbagai daerah,” ujar Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR di gedung parlemen, Jakarta, Kamis (18/1).
Menurut data Kementerian Perdagangan hingga 17 Januari 2018 stok beras untuk kewajiban pelayanan publik (Public Service Obligation/PSO) Perum Bulog sebanyak 854.947 ton.
Stok tersebut mencakup cadangan beras pemerintah 134.646 ton. Sementara rata-rata penyaluran beras untuk Operasi Pasar (OP) kurang lebih 8.902 ton per hari.
Dengan rencana penyaluran pada 18 Januari hingga 31 Maret 2018 sebesar 462.918 ton, maka sisa stok Perum Bulog pada 31 Maret 2018 menurut perkiraan hanya 142.029 ton.
“Pemerintah tidak mau ambil risiko kekurangan pasokan beras, mengingat panen raya diperkirakan baru akan terjadi pada Maret 2018,” ujar Enggartiasto seperti diberitakan Antara
Berdasar data dari Sistem Pemantauan Pasar Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kementerian Perdagangan, pada Rabu (17/1) harga rata-rata nasional beras kualitas medium Rp11.334 per kilogram. Namun pada Kamis (18/1) turun menjadi Rp11.043 per kilogram, dan masih di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
Untuk menjaga impor beras tidak sampai berdampak buruk pada para petani dalam negeri, Perum Bulog juga ditugasi menyerap gabah atau beras saat panen raya dengan Harga Pokok Penjualan (HPP) yang sudah ditetapkan.
Sebelumnya pemerintah mengizinkan impor 1,5 juta ton beras pada 2015 untuk mengamankan pasokan. Beras impor tersebut masuk ke Indonesia pada Desember 2015 sebanyak 600.000 ton, sementara sisanya 900.000 ton baru masuk pada 2016.
Konsumsi beras Indonesia pada 2017 berkisar 117 kilogram per kapita per tahun, dengan jumlah penduduk sekitar 262 juta maka kebutuhan beras tahun 2017 sebanyak 30,65 juta ton.
Dengan asumsi konsumsi beras nasional tetap pada 2018 dan ada penambahan penduduk 10 persen, kebutuhan konsumsi beras nasional menjadi diperhitungkan 33,8 juta ton.
Sementara itu, Kementerian Pertanian menyatakan bahwa produksi beras dalam negeri mengalami surplus. Pada Januari 2018, produksi gabah kering giling diperkirakan mencapai 4,5 juta ton atau setara dengan 2,8 juta ton beras, sementara kebutuhan konsumsi per bulan berkisar antara 2,4 sampai 2,5 juta ton.
Produksi diperkirakan akan melonjak menjadi 8,6 juta ton gabah kering giling pada Februari dan sebanyak 11,9 juta ton pada Maret 2018.
Namun, berdasarkan data dari Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) stok beras dari awal 2018 terus mengalami penurunan.
Pada 1 Januari 2018, stok beras yang ada 35.392 ton dengan pasokan rata-rata per hari berkisar 3.000 sampai 3.500 ton. Stok tersebut terus menurun dan pada 17 Januari 2018 stok PIBC sudah di angka 29.040 ton.(kl/rm)