Pemerintah menghimbau masyarakat agar menjadikan Badan Metereologi dan Geofisika (BMG) sebagai acuan utama mengetahui informasi peringatan dini terhadap kemungkinan terjadinya gempa, tsunami dan bencana alam di Indonesia.
Hal itu disampaikan Menhub Djusman Syafei Djamal terkait banyaknya informasi yang berkembang di masyarakat mengenai kemungkinan adanya bencana. Informasi yang tak akurat mengakibatkan kepanikan warga, seperti yang dialami masyarakat Aceh beberapa hari yang lalu.
Warga Aceh sempat panik dan berlarian keluar rumah setelah muncul informasi adanya gempa. Informasinya ini bermula dari laporan CNN yang mengutip pendapat dari BMG Jepang yang berpusat di Hawaii.
"Diharapkan supaya masyarakat tidak panik, percayalah pada keterangan BMG, yang mempunyai mekanisme untuk memberikan peringatan kepada masyarakat, " tegas Djusman kepada pers di Jakarta, Kamis (7/6).
Menurutnya, Badan Metereologi Jepang sebenarnya memiliki jaringan dengan BMG. Sehingga, jika ada informasi yang tepat dan akurat pasti BMG juga telah menerimanya. Selanjutnya, BMG akan menyampaikannya dengan daerah untuk mengantisipasi jika bencana itu terjadi.
Di sisi lain, ujarnya, sampai saat ini tidak ada teknologi atau pun peralatan yang dapat memprediksikan kapan dan bilamana gempa terjadi.
Sementara Menneg Ristek Kusmayanto Kadiman menyatakan, pihaknya sedang meneliti tandaperingatan dini tsunami di Aceh. Terkait kasus di Aceh, katanya, tim peneliti sedang berada di lokasi kejadian.
Dari hasil pengamatan terakhir, tambahnya lagi, tanda yang muncul itu bukan dari sektor-sektor di BMG. Karena sistem itu tidak ada kaitannya denga jaringan sistem lainnya atau independen.
Dijelaskannya, tugas tim peneliti adalah menghimpun data hasil pengukuran untuk dikirim ke BMG, selanjutnya BMG mengolahnya dan mengambil keputusan apakah alarmnya perlu dihidupkan atau tidak. Kalau sampai ada perintah menghidupkan, alarm akan dihidupkan. (dina)