Pelaksanaan Nawacita: Jokowi Kembali Ngutang Rp.26 Triliun

downloadEramuslim.com – Kehadiran Bank Infrastruktur Asia yang berkedudukan di Beijing, China, seperti memberikan angin segar bagi pembangunan infrastruktur di Indonesia. Menteri Keuangan, Bambang P.S Brodjonegoro menilai selama ini pembiayaan multilateral yang bergantung pada Bank DUnia, Bank Pembanguan Asia (ADB), JBIC, dan lainnya dan kemudian kehadiran Bank Infrastruktur Asia ini menjadi alternatif bagi pemerintah dalam mengamankan proyek infrastruktur.
Nilai pinjaman pemerintahan Indonesia tidak tanggung-tanggung, senlai US$2 miliar atau senilai Rp26 triliun untuk pembangunan selama dua tahun. Sedangkan proyek-proyek yang dijalankan bersifat kerjasama pemerintah swasta atau public private partnership (PPP).
“Kami mengusulkan enam proeyek, salah satunya adalah transmisi listrik. Detailnya belum ada kita mau ajukan dulu. Yang jelas ini juga berkaitan dengan co-financing dan multilateral yang lain,” ujar Bambang di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, (14/1)kutip dari cnnindonesia.com.
jokowi ekonomi meroket september
Utang kita akan teruuss meroket ket ket…

Secara total AIIB memiliki modal mencapai US$100 miliar atau setara Rp1.300 triliun, dengan sistem setor tunai sebesar 20 persen.‎ Sementara modal yang ditanamkan Indonesia dalam AIIB adalah US$672,1 juta atau Rp8,7 triliun yang dibayarkan dalam lima tahun. Dengan kontribusi tersebut, Indonesia memiliki 3,36 persen dari seluruh modal AIIB dan menempati urutan pemodal terbesar ke-8 di AIIB.

Dengan persentase tersebut, Indonesia memperoleh jatah jabatan Direktur Eksekutif selama 6 periode dari 10 periode pertama di mana satu periode terdiri dari 2 tahun masa kerja.
Untuk mengemban jabatan tersebut, pemerintah telah menunjuk Andin Hadiyanto sebagai Direktur Eksekutif AIIB. Dengan posisi yang strategis itu Indonesia bisa ikut dalam pengambilan keputusan pencairan kredit AIIB.
“Keputusan misal mau beri pinjaman ke suatu negara untuk proyek tertentu harus dapat persetujuan dari board of director, terdiri dari negara-negara yang bisa jadi leaders yang sahamnya besar,” katanya. (ts/serambiminang)