Eramuslim.com – Siang kemarin Jokowi terlihat tidak seperti biasanya, agak panik dan sangat kecewa dengan kinerja Menko Darmin Nasution yang dianggapnya gagal mengkoordinasikan menteri-menterinya menahan anjloknya rupiah.
Pergerakan nilai tukar Rupiah pada perdagangan Selasa kemarin (29/9) menunjukan kinerja yang jelek. Di sesi pertama perdagangan kemarin, Rupiah hampir saja menembus level Rp 15.000/USD. Pada pukul 11.00 WIB berdasarkan data Bloomberg Rupiah menyentuh level Rp 14.818/USD.
Namun kemudian Rupiah naik lagi, sedikit, dan di akhir perdagangan kemarin ditutup pada level Rp 14.690. Meski naik di akhir perdagangan, namun dibandingkan penutupan hari sebelumnya Rupiah turun 16,50 poin (0,11%). Hanya saja, Rupiah masih lebih baik dibandingkan Ringgit Malaysia turun 0,76% ke level MYR 4,4570 dan Won Korea turun 0,59% ke level KRW 1.202,05.
Minimnya sentimen positif dalam negeri, membuat Rupiah makin tertekan terhadap Dolar AS. Selain itu, paket kebijakan ekonomi Pemerintahan Joko Widodo tidak cukup ampuh meredam penurunan Rupiah.
Hal tersebut ditegaskan Reny Eka Putri, Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk. Menurutnya Rupiah enggan menguat meski pemerintah berencana mengumumkan paket kebijakan ekonomi. Paket kebijakan ekonomi jilid II ini, menurut Reny kurang mendapat apresiasi pasar. Hal tersebut mengacu pada paket jilid I yang menawarkan perbaikan dalam jangka menengah dan jangka panjang. “Pelaku pasar mengira paket jilid II tidak jauh berbeda dengan jilid pertama,” imbuhnya.
Lebih jauh menurut Reny, kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tidak mampu mengatasi pengaruh perlambatan ekonomi di China serta perkembangan positif dari ekonomi Amerika Serikat.
Melambatnya perekonomian China turut memberi dampak pada negara sekitarnya yang menjadi mitra dagang negeri Tiongkok. Sementara membaiknya ekonomi di negeri Paman Sam membuat investor menahan dan melakukan pembelian USD. “Sentimen domestik masih sepi hingga awal bulan sehingga belum ada katalis yang dapat mengangkat nilai tukar rupiah,” tambah Reny. Bukan tidak mungkin, pekan ini rupiah akan anjlok menjadi Rp.15.000 terhadap dollar. Dan ini akan menjadi momentum awal bagi jatuhnya sebuah rezim penguasa, yang sesungguhnya tidak berhak berkuasa. (ts/fastnewsindonesia)