eramuslim.com – Politikus PDIP, Guntur Romli meluapkan kekecewaannya setelah merasa ditinggal oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan keluarga.
Guntur Romli pun mengungkit pernyataan Jokowi terkait peluang Gibran menjadi calon wakil presiden (cawapres) di Pilpres 2024.
Kala itu, Jokowi menyebut Giran tidak memiliki peluang maju sebagai cawapres karena masih berusia 35 tahun dan baru dua tahun menjabat sebagai wali kota Solo.
Namun, realita berbicara sebaliknya.
Setelah Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan gugatan batas usia capres-cawapres, Gibran dideklarasikan sebagai cawapres Koalisi Indonesia Maju (KIM) mendampingi Prabowo Subianto.
“Waktu itu Pak Jokowi bilang itu enggak masuk akal, baru dua tahun jadi wali kota kemudian dari umur enggak bisa, tapi akhirnya seperti itu,” kata Guntur, dikutip dari Kompas TV, Minggu (29/10/2023).
Tak hanya itu, Guntur turut mengungkit pernyataan Gibran yang sempat mengaku akan patuh pada aturan PDIP.
Menurut Guntur, Gibran menunjukkan sikap tidak konsisten terhadap pernyataan yang sudah dilontarkan.
“Atau seperti yang disampaikan Mas Gibran, sebelum ini bicara soal tegak lurus kepada Ibu Ketua Umum, akan menjadi kader PDIP yang baik,” ucap Guntur.
“Kalau istilahnya masyarakat di bawah Mas Gibran kok kayak ngece, ngejek, kayak ada tipuan, bicaranya tidak bisa dipegang.”
Guntur mengakui, saat ini PDIP dalam kondisi bersedih dan terluka setelah merasa ditinggalkan Jokowi dan keluarga. Padahal menurut Guntur, PDIP sudah memberikan banyak keistimewaan untuk Jokowi dan keluarga di bidang politik.
Ia pun mengungkit jalan politik Gibran dan menantu Jokowi, Bobby Nasution, dengan bantuan PDIP.
“Suasana kebatinan di PDIP saat ini, suasana yang sangat sedih, suasana yang merasa ditinggal oleh Pak Jokowi dan keluarganya,” ujar Guntur.
“Padahal PDIP selama ini telah memberikan previlege, memberikan keistimewaan yang luar biasa kepada Pak Jokowi, pada keluarganya, pada Mas Gibran, pada Bang Bobby.”
“Tapi mengapa kok tiba-tiba pada akhirnya keluarga tersebut seperti meninggalkan, membuat luka untuk PDIP,” imbuhnya.
Ia menyebut, banyak kader PDIP yang merasa bingung sekaligus aneh saat Jokowi dan keluarga memilih meninggalkan partai berlambang kepala banteng tersebut.
Pasalnya, PDIP-lah yang sejak awal mendampingi Jokowi meniti karier politik.
“Kenapa kerja sama yang sudah dibangun selama bertahun-tahun sejak Pak Jokowi jadi wali kota Solo, kenapa berakhir seperti ini?,” tanya Guntur.
Isu Gibran Gabung Golkar
Sementara itu, Gibran Rakabuming diisukan berpaling ke Partai Golkar setelah dideklarasikan sebagai cawapres Prabowo Subianto.
Isu tersebut semakin berhembus setelah PDIP menyinggung warna kuning saat membahas soal manuver Gibran. Terkait hal itu, Ketua DPD II Partai Golkar Solo, Sekar Tandjung pun buka suara.
Hingga saat ini, Sekar belum bisa mengonfirmasi berita tersebut.
“Terkait isu mas Gibran ke Partai Golkar itu kami di DPD Partai Golkar Solo tidak bisa mengonfirmasi, bukan dalam kapasitas kami,” ujar Sekar, dikutip dari TribunSolo.com, Minggu (29/10/2023).
Meskipun begitu, Sekar menjelaskan bahwa penerimaan kader baru Partai Golkar kemungkinan berada di tingkat provinsi maupuan pusat.
Hal itu bisa dilihat dari pendaftaran diri Rian Ernest dan Ridwan Kamil sebagai kader Partai Golkar.
“Kalau kita melihat trek record masuknya kader baru di Partai Golkar itu biasanya terjadi di level provinsi seperti Rian Ernest atau di nasional atau pusat seperti Pak Ridwan Kamil,” jelasnya.
(Sumber: Tribunnews)