eramuslim.com – PDI Perjuangan (PDIP) dikritik karena dianggap menjalankan politik dua kaki di era pemerintahan Prabowo Subianto.
Kritik ini disampaikan oleh pengamat politik Adi Prayitno.
Menurutnya, keputusan PDIP untuk bekerja sama dengan Prabowo Subianto menjadi sinyal buruk bagi demokrasi Indonesia.
“PDI Perjuangan memilih untuk tidak menjadi partai oposisi saat pemerintahan Prabowo Subianto. Oposisi di masa mendatang akan mati. Jangan berharap ada partai politik yang galak untuk menjadi check and balances,” kata Adi Prayitno dalam wawancara dengan TribunJakarta.com, Selasa (14/1/2025).
Adi Prayitno menyayangkan sikap PDIP yang tidak mengambil peran sebagai oposisi.
Ia mengingatkan bahwa banyak pihak berharap PDIP dapat bersikap kritis seperti pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), di mana partai tersebut berada di luar pemerintahan selama sepuluh tahun dan bermitra dengan kelompok-kelompok kritis.
“Jika mau jujur, cukup disayangkan kesempatan politik PDIP untuk merekrut dan memaksimalkan kelompok-kelompok di luar kekuasaan. Hal ini bisa membuat PDIP tidak lagi dianggap sebagai pilihan di masa mendatang,” ujarnya.
Adi Prayitno menilai keputusan PDIP untuk tidak beroposisi dapat mengancam kesehatan demokrasi, karena akan menghilangkan fungsi check and balances.
Ia menegaskan bahwa publik tidak perlu heran jika anggota dewan nantinya tidak bersuara lantang dan berseberangan dengan kebijakan pemerintah.
“Anggota dewan seharusnya menyampaikan aspirasi dan kepentingan politik rakyat. Jika tidak, akan sulit untuk mencapai dialog yang konstruktif,” jelasnya.
Adi pun menanggapi keputusan PDIP yang tidak menjadi oposisi dan siap bekerjasama dengan Prabowo Subianto. Meskipun, PDIP tidak menempatkan kadernya sebagai menteri dalam Kabinet Merah Putih.
“Ini menegaskan PDIP sedang cari aman PDIP, sedang bermain politik dua kaki,” imbuhnya.
Satu sisi, kata Adi, PDIP ingin merawat hubungan politik dengan Prabowo Subianto.
Apalagi, Prabowo Subianto bagi PDIP merupakan teman sekalipun lawan di saat yang bersamaan.
“Kita tahu Megawati bergandengan dengan Prabowo Subianto kalah di pilpres saat itu melawan SBY,” ujarnya.
Namun, saat yang bersamaan PDIP masih ingin meyakinkan kelompok-kelompok ekstra parlementer, kritis dan anti Prabowo Subianto-Gibran Rakabumin Raka yang akan dicobar direbut untuk kepentingan elektoral.
“Main dua kaki ini tentu ingin ditunjukkan bagi PDIP bahwa memang suasana kebatinan politik masyarakat saat ini memang relatif terbelah satu sisi ada yang pro dengan Prabowo Subianto tentu dengan maksudnya PDIP di situ pro pemerintah ini juga sebagian besar ada yang ingin diharapkan bergabung dengan PDIP sebagai bagian dukungan politik mungkin di lima tahun yang akan datang,” katanya.
(Sumber selengkapnya: Tribunnews)
Tak ada yang bisa dipercaya. Apalagi partai berlambang kepala jin bertanduk, mata merah hidung keluar ingus putih ini. Partai ini biang kerok kerusakan negeri ini