Pengurus Besar Nadlatul Ulama menyatakan siap untuk menjembatani penyelesaikan konflik internal yang terjadi antara faksi Hamas dan Fattah. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum PBNU KH. A. Hasyim Muzadi usai bertemu dengan dengan Presiden Palestina Mahmud yang difasilitasi oleh Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda, di Gedung Pancasila, Deplu, Jakarta, (23/10).
"NU kalau memang sewaktu-waktu diperlukan sebagai jembatan. Untuk saling ketemu kita sewaktu-waktu siap. Karena di Arab ada
kebiasaan sulit memprediksi kapan seseorang berangkulan, kapan sesorang berkelahi, tidak kelihatan batas, "ungkapnya.
Menurutnya, apabila Palestina belum mencapai kemerdekaan sebagaimana yang diharapkan, jika muncul persatuan dalam negara itu sudah cukup terhormat.
"Daripada meloncat ingin merdeka dalam keadaan masih tercabik-cabik. Nah, kemudian keliatannya masih ada peluang untuk berbicara antara kedua belah pihak, "imbuhnya.
Hasyim menjelaskan, Indonesia mengalami kolonialisme selama 350 lebih lama dari Palestina yang hanya 60 tahun, namun berdasarkan pengalamannya adalah selama tiga abad lebih Indonesia tidak pernah terpecah belah.
Karena itu, Ia berharap agar rekonsiliasi internal bangsa Palestina tetap dijalankan, di samping melakukan pertemuan dalam konferensi internasional untuk perdamaian, karena harga bangsa itu akan tergantung pada persatuan bangsa Palestina itu sendiri.(novel)