Paska Kasus Tolikara, Waspadai Operasi Senyap Burukkan Citra Islam

Gereja GIDIEramuslim.com – Kasus Tolikara dianggap berdampak pada upaya-upaya pengrusakkan rumah ibadah umat Kristiani di beberapa tempat yang terjadi paska peristiwa tersebut.

Ada insiden pembakaran pintu menimpa Gereja Katolik Jawa (GKJ) di Desa Teplok, Kecamatan Grabag, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Senin (20/7) dini hari. Di Solo, Laskar Umat Islam Surakarta berdeo dan menuntut penutupan Gereja Injil di Indonesia (GIDI, gereja yang sama dengan teroris di Papua) yang terletak di Joyontakan, Serengan, Solo, lantaran dianggap tidak berizin.

Sementara upaya percobaan pembakaran pos pengamanan gereja juga sempat terjadi di Palu, Sulawesi Tengah, Ahad (19/7). Serangkaian aksi ini dianggap sebagai upaya balas dendam atas insiden kerusuhan dan terbakarnya mushalla di Tolikara, Papua. Demi mengantisipasi gangguan keamanan tersebut, aparat keamanan melakukan sejumlah langkah. Menurut Kepala Dinas Penerangan TNI AD (Kadispenad), Brigjen TNI Wuryanto, begitu insiden kerusuhan di Tolikara terjadi, Kepala Staff Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Mulyono, menginstruksikan setiap Panglima Kodam (Pangdam) dan jajarannya untuk bisa meningkatkan kewaspadaan.

”Peningkatan kewaspadaan ini terutama untuk menjaga dan mengamankan tempat-tempat ibadah yang rawan, seperti di gereja,” kata Wuryanto saat dihubungi ROL (20/7).

Wuryanto mengatakan peningkatan kewaspadaan itu berlaku di semua jajaran di tingkat teritorial, mulai dari tingkat Kodam, Korem, Kodim, hingga Koramil. Bahkan, aparat di tingkat Koramil sudah memiliki data-data gereja atau tempat ibadah yang ada di daerahnya masing-masing. ”Tinggal kewaspadaannya ditingkatkan dengan melakukan pengamanan,” kata dia menjelaskan.

Umat Islam juga harus waspada, jangan gegabah melakukan aksi balas dendam. Merusak gereja bukanlah perbuatan terpuji dan malah akan menjelekkan citra Islam itu sendiri. GIDI bukan berada di bawah PGI dan KWI, jadi janganlah gegabah. Gereja-gereja di bawah PGI dan KWI juga mengutuk ulah teroris GIDI.

Dalam menyikapi kasus Tolikara, umat Islam seharusnya membuat satu tim investigasi independen sendiri yang sungguh-sungguh profesional dan adil, dan disebarluaskan hasilnya nanti. Para advokat Islam bentuk tim hukum untuk menyeret pelaku aksi teror dari GIDI agar diberi hukuman yang setimpal. Aksi main hakim sendiri bukanlah aksi yang cerdas. Musuh-musuh Islam memang mengharapkan umat Islam untuk marah dan main hakim sendiri, nanti jika sudah demikian mereka akan memblow-up dan memberitakan besar-besaran aksi main hakim sendiri ini sehingga lagi-lagi umat Islam yang terpojok. Opini massa bisa dengan mudah mereka bangun dan rekayasa. Berhati-hatilah. (rz)