Pemerintah Indonesia menyatakan kondisi darurat menyusul gempa di Yogyakarta yang menewaskan lebih dari 4.600 orang dan 20.000 orang terluka.
Tim penyelamat sampai hari ini Senin (29/5) masih terus melakukan pencarian terhadap korban-korban yang mungkin masih selamat dan terperangkap di bawah reruntuhan rumahnya.
Akibat gempa berkekuatan 6,2 skala richter yang terjadi Sabtu (27/5) pagi kemarin, sekitar 35.000 bangunan di kota Yogyakarta hancur. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono langsung mengunjungi para korban dan menggelar rapat kabinet pada Minggu tengah malam.
Usai rapat kabinet, Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan bahwa kondisi darurat akan berlangsung selama tiga bulan. Selain itu pemerintah menargetkan rekonstruksi dan rehabilitasi pascabencana akan dilakukan dalam jangka waktu satu tahun.
"Status darurat akan berlangsung selama tiga bulan, dari Mei sampai Agustus. Tujuannya untuk menyediakan pangan, kesehatan dan tempat berlindung," kata Kalla.
"Dana yang dibutuhkan sekitar satu triliun rupiah, untuk memperbaiki rumah-rumah dan memenuhi kebutuhan para korban. Angka ini bisa berubah. Dananya akan diambil dari anggaran negara dan bantuan internasional" jelasnya.
Sementara itu, rumah-rumah sakit di Yogyakarta masih dipenuhi dengan para korban gempa yang luka-luka. Beberapa di antara mereka berbaring di lantai yang hanya beralaskan plastik atau kertas koran, korban lainnya nampak mengenakan infus yang digantungkan ke dahan-dahan pohon.
Seorang sukarelawan medis, Andrew Jeremijenko mengatakan, masih banyak korban yang luka parah, tapi rumah-rumah sakit sudah sangat penuh. "Jumlah perawat dan dokter tidak cukup untuk merawat mereka semua," katanya.
Negara-negara seperti Malaysia, Singapura, Turki, Perancis dan Norwegia, sudah mengirimkan tenaga bantuan medis ke lokasi gempa untuk menolong para korban. (ln/aljz)