“Sedangkan paslon lainnya terbagi dan diusung oleh parpol pendukung pemerintah yang ingin mempertahankan status quo penguasa sekarang ini,” kata Igor.
Ketiga, kontroversi pelantikan Komjen Pol M. Iriawan sebagai penjabat gubernur Jabar yang menimbulkan polemik dan kecurigaan publik terkait netralitas dalam Pilkada 2018. Menurut Igor, bisa jadi hal tersebut merupakan wujud kepanikan penguasa bahwa pasangan Asyik yang tidak mendukung Presiden Joko Widodo (Jokowi) dua periode berpotensi menang.
“Pelantikan Komjen Irawan tetap dilakukan meskipun diduga melanggar aturan dan menciptakan kegaduhan. Hal ini tentu bisa menjadi amunisi penguasa untuk pemenangan paslon tertentu. Namun sebaliknya, mungkin saja malah kontradiktif, bahkan blunder. Perilaku aparat lebih mudah ditebak daripada perilaku pemilih,” katanya.
Sedangkan faktor keempat yaitu nyunda, nyakolah, dan nyantri adalah poin penting warga Jabar memilih gubernurnya. Menurutnya, ada sublimasi ketiga faktor itu ke dalam diri Sudrajat sebagai orang asli Sumedang, berlatar belakang militer dengan pendidikan sangat baik.
“Begitu juga dengan Syaikhu yang berasal dari Cirebon adalah seorang ustad dan birokrat berwawasan luas,” demikian Igor. (kl/rakyatmerdeka)