Fenomena pendekatan untuk berkoalisi muncul menjelang pemilu 2009, partai bermassa Islam seperti gadis yang menunggu pinangan partai nasionalis. Maklumlah partai islam ini umumnya mempunyai massa yang cukup loyal dan patut diperhitungkan jumlahnya.
Setelah Ketua Umum Partai Golkar M. Yusuf Kalla mengadakan pertemuan dengan Para Tokoh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Kemudian, Partai Demokrat pun mulai melakukan pendekatan dengan partai-partai Islam, dengan bertemu Pimpinan Partai Kebangkitan Bangsa, di kantor DPP PKB, Kalibata, Jakarta, Senin malam. Sebelumnya, Partai Demokrat sudah bertemu dengan PKS dan PAN.
Menanggapi hal itu, Pengamat Politik Bima Arya menilai, langkah yang diambil oleh Partai Demokrat sudah tepat, untuk menghadapi kemungkinan berkoalisinya dua partai besar PDIP dan Partai Golkar.
"Demokrat memang harus membuka ruang komunikasi ke partai menengah terutama partai Islam untuk mengantisipasi bersatunya PDI-P dan Golkar," katanya, di Jakarta, Selasa (17/3).
Berdasarkan pengalaman selama ini, menurutnya, partai nasionalis tidak bisa berjalan sendiri, karena 80 persen lebih yang menang dalam pilkada itu adalah koalisi partai nasionalis dan partai Islam.
Secara terpisah, Ketua DPP PPP Irgan Chairul Mahfidz menyatakan, saat ini tidak tepat jika partai menjadi ekslusif, karena tidak ada yang bisa memprediksi seberapa besar kekuatan partai tersebut.
Meski semangat untuk membangun partai Islam tetap akan dilakukan, menurutnya, PPP tidak akan mengkotak-kotakan diri, tidak hanya membuka kesempatan koalisi dengan sesama parpol Islam saja, namun bisa melakukan komunikasi dengan parpol yang lainnya.
"PPP sebagai partai Islam mengkotakkan diri sebagai partai Islam, saya kira juga kurang menguntungkan, masyarakat kita masyarakat majemuk. Bisa saja andaikata PPP harus bergandengan tangan dengan partai nasionalis," ujarnya.
Namun, lanjut Irgan, untuk saat ini PPP belum dapat menentukan dengan partai mana saja akan berkoalisi, sebab pemilu legislatif belum selesai.
Sangat disayangkan partai-partai Islam tidak berani menegaskan jatidirinya, dan membawa syariah Islam sebagai dasar dan tujuan perjuangannya.(novel)