Eramuslim.com – Pemerintah Indonesia dinilai Direktur Institut Hijau Indonesia (IHI) Chalid Muhammad tengah panik menghadapi krisis ekonomi. Salah satu indikatornya, menurut Chalid, Presiden Joko tampak sangat memanjakan investor asing dalam sejumlah sambutan di forum internasional.
“Saya melihat tingkat kepanikan kabinet menghadapi krisis. Beberapa bulan terakhir, dukungan politik yang kuat adalah investor asing. Beberapa kali presiden lawatan ke luar negeri dan bertindak sebagai ‘sales‘, juru dagang dibanding kepala negara,” kata Chalid di Jakarta (23/8).
Sikap tersebut, tambahnya, justru menunjukkan Joko terlalu “jual murah” kepada investor asing dan itu membuat Joko dicap buruk oleh kepala negara lain dan ditertawakan.
“Terus bilang ‘Kalau ada masalah, call me‘. Itu tidak patut. Mestinya ke rakyat, ‘lu punya problem, call me’,” ujarnya.
Ia menilai, pemerintah Joko dan Jusuf Kalla juga makin meninggalkan konsep Nawacita yang digaungkan saat kampanye Pilpres 2014. Dulu, lanjut Chalid, Joko dalam Nawacita menjanjikan kedaulatan negara. Tapi, belakangan ini gelagat meningkatnya utang ke luar negeri justru mencuat.
“Banyak yang dukung Jokowi karena terhipnotis janji kampanye dan Nawacita. Tapi, Jokowi dan JK dengan Kabinet Kerja semakin meninggalkan Nawacita dan kembali kepada tabiat pemerintah sebelumnya, memanjakan investor asing,” tuturnya.
Chalid juga membandingkan pemerintah sekarang dengan pemerintah tahun 1998, saat Indonesia juga mengalami krisis. Pada tahun 1998, pemerintah mampu menyelesaikan krisis dengan “kepala dingin”. “Tanda terulangnya krisis 1998 semakin kuat. Bedanya, ketika Habibie presiden, sangat dingin hadapi krisis sehingga rupiah Rp 17 ribu jadi Rp 7 ribu,” ungkap Chalid.(ds)