Pakar Astronomi Mesir Ahmad Muhammad Sulaiman menilai, metode hisab dan rukyat yang menjadi acuan umat Islam dalam menentukan awal bulan hijriah memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Obsevaturium Astronomi dalam paparannya pada saat Simposium Internasional "Upaya Penyatuan Kalender Islam Internasional’, di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, Kamis(6/9).
"Dalam kondisi tertentu, misalnya cuaca sedangn buruk, rukyat tidak bisa dilakukan, sedangkan hisab juga tidak luput dari kesalahan perhitungan, "jelasnya.
Menurutnya, hisab dan rukyat dapat saja dilakukan, apabila penglihatan yang baik (shohihul bashar) dan pengetahuan yang tinggi (shohihul aqli). Selain itu, juga para ahli astronomi dalam menetapkan awal perlu memperhatikan waktu, tempat serta situasi dan kondisi sebelum melakukan hisab dan rukyat.
Lebih lanjut Sulaiman mengatakan, hal yang terpenting agar tidak terjadi kesalahan yang berakibat fatal, para ahli juga perlu merujuk pada ayat-ayat Al-Quran ataupun Hadist dalam menentukan awal dan akhir bulan hijriah.
"Jika kita tidak melihat bulan, maka kita harus menyempurnakan puasa Ramadhan genap selama 30 hari, "ungkapnya mengutip salah satu Hadist.
Sementara itu, Pakar Astronomi dari Malaysia Muhammad Ilyas menyatakan, untuk menjembatani perbedaan pandangan penganut metode Hisab dan Rukyat dalam menetukan awal bulan hijriah,
teknologi canggih diperlukan untuk mencapai univikasi kalender Islam internasional.
"Setidaknya ada tiga cara yang harus dilakukan oleh umat Islam, pertama umat Islam memakai kriteria yang sama dalam melakukan perhitungan awal dan akhir bulan, yang kedua, menggunakan
metode rukyat, dengan bekerjasama dengan organisasi muslim internasional dibidang astronomi, dan yang terakhir menggunakan peralatan-peralatan modern dalam melihat hilal, "jelasnya.
Sedangkan Pakar astronomi dari LIPI Farid Ruskanda memperkenalkan dua cara yang bisa digunakan untuk menentukan awal bulan yang diyakini bisa menjembatani Hisab dan Rukyat, dengan
memanfaatkan teknologi gelombang radar dan gelombang radio.
"Teknologi itu mampu melakukan perabaan terhadap bulan, yang bisa mengatasi masalah posisional misalnya ketinggian/elevasi dan azimuth, dan juga masalah cuaca, "jelasnya.(novel)