Eramuslim – Presiden Rodrigo Duterte menyatakan dukungannya untuk komunitas LGBT, padahal sebelumnya orang nomor 1 di Filipina ini dengan tegas menentang perkawinan homo dengan alasan takut memancing reaksi keras dari uskup di negara mayoritas beragama Khatolik Roma tersebut. Namun sekarang? Duterte bersumpah untuk melindungi hak – hak homoseksual dengan alasan, ” jika ini adalah trend zaman modern..” hal senada yang sudah lebih dulu di lakukan oleh Australia dan Taiwan serta negara-negara liberalisme lainnya di Eropa.
PBB dalam UN Declaration on Sexual Orientation and Gender Identity Desember 2008 juga telah jelas-jelas mengakui hak-hak kaum LGBT, dengan Amerika Serikat sebagai salah satu anggotanya secara serius mendanai program UNDP bernama “Being LGBT in Asia” dengan pendanaan US$ 8 juta dari USAID yang di mulai Desember 2014-September 2017 dengan fokus operasi di Asia Timur dan Asia Tenggara.
Fenomena prilaku LGBT makin marak karena mereka mendapat peluang. Ini membuktikan adanya perubahan paradigma di masyarakat tentang standar” Baik dan Buruk Perbuatan” akibat penerapan sistim sekuler. Yang seharusnya sebagai negeri Muslim terbesar di dunia menjadikan tolok ukur perbuatan adalah halal dan haram, namun Islam di berangus di pojok masjid, sehingga tak mampu membendung gerak LGBT yang sudah menjadi gerakan politik dimana bahaya yang di timbulkannya multidimensi, salah satunya karena mendapat dukungan asing.