Pemimpin agama memiliki peran penting dalam mengatasi perubahan iklim, karena itu diharapkan para pemuka agama ini bisa lebih aktif membantu menyelamatkan bumi dari ancaman pemanasan global. Demikian harapan yang disampaikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam Acara pertemua lintas agama, di Bali, Selasa(11/12).
"Saya menaruh harapan yang tinggi kepada pemuka agama untuk memimpin umat masing-masing bersama menyelamatkan bumi, "ungkap Presiden.
Menurutnya, kerusakan beberapa ekosistem di bumi, diawali oleh pikiran dan hati manusia, karena alam terjaga oleh pikiran dan hati yang bersih, dan alam akan rusak apabila pikiran dan hati manusianya kotor.
Pertemuan ini tujuh orang pemuka agama antara lain, Ketua MPRRI Hidayat Nurwahid mewakili umat Islam, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, Sekjen PGI Richard Daulay, Sekjen KWI Martinus Situmorang, Ketua Parisa Hindu Dharma Indonesia I Made Erata, Sekjen Konferensi Agung Sangha Indonesia Biksu Vidiasasa, dan Ketua Masyarakat Khonghucu Indonesia Budi Tanuwibowo. Masing-masing mereka berbicara dihadapan Presiden untuk menjelaskan nilai-nilai agama yang mendukung pelestarian lingkungan, dan mereka pun mengutuk segala upayapengrusakan alam.
Secara terpisah, Ormas Islam Hizbut Tahrir dalam catatan refleksi akhir tahun 2007 secara tegas mendukung, upaya mencegah pemanasan global dan gerakan pelestarian hutan, serta mengutuk pelaku ilegal logging.
"Pertemuan di Bali itu diharapkan negara-negara dunia dapat meratifikasi protokol Kyoto yang dibuat pada tahun 1997, untuk mengurangi kadar CO2 sebagai penyebab pemanasan global, tetapi disayangkan dua negara besar China dan AS menolak ratifikasi itu, "kata Juru Bicara M. Ismail Yusanto.
Ia menambahkan, dari isu yang beredar AS malah mengalihkan bahwa sumber gas rumah kaca itu berasal dari negeri muslim, yang jumlah pertumbuhan penduduknya tidak terkendali, padahal faktanya AS adalah juara penghasil CO2 dari seluruh negara lainnya.
"Negera-negara besar menjadikan dunia ini makin panas, tetapi mereka khususnya AS, justru lepas tangan, disatu sisi pemanasan global harus dikurangi, namun pada sisi lain kecongkakan dan ketidakadilan negara bear juga harus dihentikan, "imbuh Ismail Yusanto. (novel)