Organisasi Konferensi Islam meminta agar pelaksanan sidang darurat Majelis Umum PBB dilakukan, jika rekomendasi hasil sidang darurat OKI tidak mampu menghentikan serangan Israel ke Libanon dan Palestina.
"Pertemuan sidang darurat OKI kemarin telah menghasilkan dua deklarasi untuk Libanon dan Palestina, yang antara lain isinya mengutuk agresi yang dilakukan oleh Israel, melakukan proses rehabilitasi daerah konflik pascaagresi militer, serta mendesak melakukan gencatan senjata," jelas Juru Bicara Deplu Desra Percaya dalam jumpa pers, di Kantor Departemen Luar Negeri, Jakarta, Jum’at (4/8).
Menurutnya, pertemuan pertama yang dilakukan oleh negara-negara OKI kemarin, dapat dikatakan berhasil, karena telah menyatukan sikap dan memformulasikan langkah tindak lanjut kedepan.
Lebih lanjut Desra menyatakan, meskipun pada dasarnya sidang darurat Majelis Umum PBB hanya dapat menghasilkan deklarasi politik yang sifatnya mengikat secara moral, namun sejarah akan mencatatnya. Ini sebagai bukti ketidakmampuan DK PBB dalam menjaga keamanan dunia.
"Setidaknya pertemuan darurat majelis umum PBB, akan dicatat sejarah bahwa Dewan Keamanan PBB tidak mampu melakukan apa-apa, karena ekspresi masyarakat internasional terhadap perlakuan Israel disalurkan melalui majelis umum PBB," tegasnya.
Mengenai pengiriman pasukan untuk meredakan ketegangan akibat serangan Israel, Ia mengakui saat ini masih terjadi tarik menarik dalam pembahasan resolusi di DK PBB, apakah akan menurunkan multinasional force atau peace keeping operation dengan ketentuan harus menghormati resolusi DK PBB 1559, yang isinya menghormati integritas wilayah Libanon.(novel)