Nahdlatul Ulama (NU) berharap Idul Fitri 1429 H dirayakan serentak bersamaan oleh seluruh umat Islam. Hal itu didasarkan karena NU memulai 1 Ramadhan lalu secara bersamaan pula dengan organisasi kemasyarakatan Islam lainnya, seperti halnya Muhammadiyah.
Harapan tersebut diungkapkan Ketua Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ghazalie Masroerie, di Kantor PBNU, Jakarta, Kamis (25/9).
Menurutnya, permulaan awal Ramadhan lalu yang dilakukan bersamaan terjadi karena beberapa alasan. Pertama, aspek syar’i (hukum agama) yang menekankan bahwa kebijakan bersama itu berlandaskan ajaran Rasulullah tentang rukyatul hilal (pengamatan/observasi terhadap bulan).
“Observasi sangat penting. NASA (Badan Antariksa Amerika Serikat) saja, untuk mengoreksi hitung-hitungannya (baca: perhitungan astronomis) juga melakukan observasi,” terang Kiai Ghazalie.
Kedua, aspek astronomis yang menekankan bahwa kebijakan bersama itu berlandaskan tinjauan astrnomis mengenai kriteria visibilitas hilal. Ketiga, aspek geografis. Faktor ini memperhitungkan letak geografis Indonesia yang amat luas merupakan satu kesatuan wilayah hukum.
Keempat, aspek politis yang menekankan perlunya intervensi pemerintah agar kebijakan bersama itu dapat dilakukan bagi seluruh umat Islam.
Karena itu, meski sudah dapat menentukan 1 Syawal 1429 H melalui metode hisab (perhitungan astronomis), NU masih akan menunggu proses sidang itsbat (penentuan) dengan pemerintah. Setelah itu, baru akan diumumkan kepastian Hari Raya Idul Fitri tahun ini.
“Untuk menciptakan ketenangan bagi umat Islam, NU tidak segera mengumumkan sikapnya tentang kepastian Idul Fitri 1429 H. Sesudah itsbat pemerintah, kemudian NU mengumumkan,” jelas Kiai Ghazalie.
Sesuai metode hisab (perhitungan astronomis), Nahdlatul Ulama (NU) sudah dapat menentukan 1 Syawal atau Hari Raya Idul Fitri 1429 Hijriyah. Namun, hal itu tak akan diumumkan kepada publik sebelum sidang itsbat (penentuan) yang dilakukan pemerintah.
Ia mengatakan, NU dan organisasi kemasyarakatan Islam lainnya bersama Departemen Agama, akan melaksanakan sidang itsbat yang diawali rukyatul hilal terlebih dahulu. Rukyatul hilal dilakukan pada 29 September 2008.
Proses tersebut diselenggarakan di 55 lokasi strategis di seluruh Indonesia. 99 pelaksana rukyat nasional bersertifikat dan para ulama ahli rukyat serta ahli hisab telah dipersiapkan. “Rukyat ini sekaligus menjadi sarana koreksi atas hitungan hisab,” tandasnya.
Berbeda dengan NU, Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah telah menetapkan sekaligus mengumumkan 1 Syawal 1429 H jatuh pada Rabu, 1 Oktober 2008. Penetapan tersebut sesuai dengan hasil hisab hakiki wujudul hilal.