Nilai PPKM Tak Efektif, dr. Tirta Usul Indonesia Meniru Strategi AS

Secara umum dari aturan yang dijelaskan dr Tirta, sejumlah kegiatan yang menimbulkan kerumunan boleh dilaksanakan dengan syarat terkait vaksinasi Covid-19.

“Kita meniru langkah US, yang contoh, kalau kalian sudah vaksin, bisa nonton bola walaupun 50 persen; kalau sudah vaksin, bisa sekolah SMA walaupun 50 persen; kalau sudah vaksin, bisa ke restoran; kalau sudah vaksin, bisa nonton konser walaupun 30 persen. Coba deh, bisa ditiru tuh langkah-langkah penyelenggara Euro atau penyelenggara US, dan kita cek hasilnya nanti,” terang pria kelahiran Surakarta ini.

Sebagai keterangan untuk video, dr Tirta menyebut pula akun Instagram kemenkes, Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan, Menteri BUMN Erick Thohir, dan Menkes Budi Gunadi Sadikin untuk memberi tahu soal situasi pandemi yang ia saksikan saat ini.

Dirinya mengakui, memang usul antimainstream meniru AS itu berisiko, tetapi menurutnya, juga memiliki potensi berhasil.

Dokter Tirta pun yakin, angka vaksinasi Covid-19 naik, sehingga herd immunity makin dekat.

Selain itu, dr Tirta menyarankan supaya anggaran PPKM Darurat dialihkan untuk penguatan faskes, mulai dari puskesmas hingga keamanan nakes.

“Dari zaman psbb, penyekatan mudik, penyekatan jalanan, ppkm, ppkm darurat, ga ngubah keadaan.

Ga ada salahnya mencoba cara ini. Siapa tau bisa lho. Jangan marah2 dulu dengan usul yg “agak antimainstream” ini. Karena kan dosis vaksin aman.

Usul boleh ya pak @luhut.pandjaitan @erickthohir @budigsadikin . Di dengar / ga monggo. Tapi coba perhatikan, kalo usul ini sukses, yang seneng ya warga negara kita,” tutupnya.

Masalahnya, AS itu tidak menggunakan vaksin Sinovac yang tingkat efikasinya atau kemanjurannya terbilang rendah,  tapi pakai Pfizer dan sebagainya yang tingkat efikasi atau kemanjurannya tinggi. Sebab itu AS relatif berhasil dengan program vaksinasinya. Indonesia ini mayoritas pakai vaksin Sinovac, made in China, di mana menjadi fakta walau sudah banyak yang divaksin tapi angka positif Covid-19 malah bertambah banyak. Hal ini menyebabkan banyak kalangan, juga para pakar kesehatan, yang menyatakan jika Sinovac telah gagal. [em/sr]