Netizen Terus Lawan Jokowi Dan Serukan Pembebasan Ongen

Eramuslim.com – Sebuah gerakan untuk melawan dan memprotes kezoliman pemerintahan Jokowi-JK muncul di jejaring Twitter. Gerakan itu bernama Jempol Rakyat. Mereka menyoroti kasus kriminalisasi yang dialami oleh Yulian Paonganan alias Ongen.
Para netizen ini terus menyuarakan agar Ongen segera dibebaskan. Sebab, penangkapan ini dinilai janggal dan merusak tatanan demokrasi Indonesia.
Sudah hampir sepekan, Jempol Rakyat ini terus bergema mendukung Ongen. Dukungan pun disampaikan dalam bentuk hastek. Mulai dari #RinduOngen #YusrilBelaOngenBebas #JempolRakyatSuaraRakyat #JempolRakyatForDemocracy dan yang terbaru adalah #JempolRakyatDukungOngen.
Salah satu pengguna Twitter, @cubby_ghum mengatakan, jempol rakyat berjuang bukan untuk TT, TTI atau TTWW itu bonus. Dia mengaku berjuang untuk keadilan dan kebebasan berpendapat.
ongen2Akun lain @mahasiswanews menuliskan Hastag/Tegar/TT adalah simbol-simbol perlawanan di era kekinian #JempolRakyatDukungOngen. Akun @AjibataOLSHOP meminta agar @DivHumasPolri untuk segera bebaskan Ongen dan tangkap Hikdun, sang penghina Islam dan Allah swt yang sekarang masih saja bebas bergentayangan.
Bahkan tidak sedikit yang mengaitkan dengan janji Jokowi. Dimana, Jokowi pernah berjanji menggunakan pesawat tanpa awak untuk meng-Cover wilayah Indonesia. Tulisan ini disambut oleh akun @ndyArthunZarra yang menulis Janji tinggal janji, printisnya malah dibungkam #JempolRakyatDukungOngen.
Diantara akun yang paling kencang menyuarakan Jempol Rakyat adalah akun @HeraLoebs @DheaMerlinda @ndon08 @nonarray @AjengCute.
Akun @HeraLoebs mengatakan ini adalah cara berdemokrasi di dunia maya. Menurutnya, kebebasan berdemokrasi yang JR perjuangkan kelak akan dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia #JempolRakyatDukungOngenm
Kader muda Muhammadiyah, Mustofa Nahrawardaya mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh netizen terkait dengan ramainya hastek pembebasan Ongen atas dasar keresahan yang sama, yakni perlakuan pemerintah melalui kepolisian terhadap suara-suara kritis yang ada di medsos.
Menurutnya, hal ini menjadi fenomena baru, dimana ada sebuah gerakan oposisi yang dilatarbelakangi oleh sikap pemerintah yang konyol.
“Ini fenomena baru, jangan sampaai kejadian di Mesir bisa terjadi di Indonesia. Penguasa runtuh karena perlawanan rakyat di media sosial,” kata Mustofa.
Perjuangan di medsos ini adalah cara baru, selain murah, medsos juga sulit dihentikan. Jika ini dilakukan terus menerus, maka pemerintah perlu mewaspadainya.
“Jika ini terus disuarakan, maka keresahan atas kasus Ongen ini berimbas kepada masyarakat, khususnya kalangan menengah, bahaya bagi pemerintah. Ini harus segera disikapi dengan bijak. Jika dibiarkan, ancaman untuk jatuhnya rezim Jokowi-JK,” demikian Mustofa. (ts/rmol)