Pemerhati pendidikan Neno Warisman menegaskan, ujian nasional yang diterapkan oleh pemerintah untuk menentukan kelulusan para siswa belum dapat dikatakan efektif, oleh karena itu pemerintah diminta untuk menyediakan alternatif lain untuk mengakomodir anak-anak yang tidak cocok dengan sistem tersebut.
"Saya bilang ini langkah yang bagus untuk sebagian anak, tetapi tidak bagus untuk sebagian anak lain. Kita ketahui bahwa anak beragam, mungkin ada anak-anak yang cocok dengan sistem seperti itu, tapi kita harus menyediakan alternatif untuk anak-anak yang tidak cocok dengan sistem seperti itu, "ujarnya di sela-sela Peluncuran Buku, di Lobi Gedung Nusantara V, Kompleks DPR, Jakarta, Senin (18/6).
Menurutnya, saat ini sekolah belum memberikan pengakuan terhadap adanya kecerdasan jamak (multiple intelijen), sehingga para siswa sering merasa tidak dihargai karena hanya dipandang dengan ukuran kepandaian (kognisi) saja.
"Sekolah hanya mengakomodir satu kecerdasan atau dua kecerdasan. Ini yang menjadi pangkal anak-anak merasa tidak berharga, marah, merasa dirinya tersia-siakan, dan mencari pelarian lain yaitu musik, seks dan narkoba. Kita sudah mengenal itu, kenapa kita tidak berusaha rendah hati mengatakan inilah kesalahannya, " tukasnya.
Lebih lanjut Neno menegaskan, untuk mencegah berlangsungnya pola pengasuhan yang salah, maka pemerintah perlu merubah sistem pengajaran dengan memberdayakan guru, sehingga para pendidik dan orang tua dapat menemukan bakat dasar terdapat dalam pribadi anak didik.
Ia menyarankan, agar pendidikan dapat mengadopsi nilai-nilai ajaran agama, misalnya mayoritas penduduk Indonesia merupakan umat Islam, dapat menerapkan pendekatan ajaran Rasulullah untuk anak-anak Islam, sehingga agama tidak lagi dijadikan mata pelajaran yang terpisah, namun menjadi bagian dari setiap mata pelajaran yang diajarkan disekolah.
"Kenapa kita mesti malu kita memegang agama, memang terbukti Rasulullah mendidik hanya 18 tahun atau 20 tahun sudah menjadi orang hebat, kenapa kita mesti malu, kenapa kita mengadopsi Barat, kenapa kita mengulangi kesalahan Barat, Baratnya kan sudah ambruk, "imbuhnya.(novel)