Natalius Pigai Ceritakan Perjalanan Hidupnya, dari Tukang Parkir hingga Jadi Menteri

eramuslim.com – Natalius Pigai, salah satu tokoh yang dipanggil Prabowo ke Kertanegara pada Senin (14/10/2024), menceritakan perjalanannya dari awal yang penuh kesulitan.

Ia berasal dari keluarga miskin, pernah menjadi juru parkir di Kementerian Transmigrasi RI, lalu bekerja sebagai tenaga honorer hingga mencapai posisi tertinggi sebagai Menteri.

“Dari keluarga miskin, juru Parkir di Kementerian Transmigrasi RI,” ujar Pigai dalam keterangannya di aplikasi X @NataliusPigai2 (15/10/2024).

Sebelumnya, Pigai meniti karier di pemerintahan sebagai CPNS, PNS, hingga menjabat di berbagai posisi strategis termasuk sebagai Staf Khusus Menakertrans RI dan Komisioner Komnas HAM.

“Tenaga Honorer, CPNS, PNS, Kepala Seksi, Pejabat Eselon Fungsional dan Struktural, Staf Khusus Menakertrans RI,” Pigai menuturkan.

“Pejabat Negara Pimpinan Lembaga Negara (Komnas HAM) akhirnya hari ini mencapai Puncak Tertinggi sebagai Menteri,” sambung dia.

Ia menyampaikan pesan agar ASN tidak menyerah, karena nasib ditentukan oleh Tuhan.

“Pegawai Negeri rendahan yang mencapai puncak karier tertinggi. Jangan pernah menyerah wahai ASN nasib kita tidak ada yang tahu. Hanyalah Tuhan Allah,” tandasnya.

Di hadapan awak media, setelah memenuhi panggilan Prabowo, Pigai sempat memberikan keterangan kepada awak media.

Seperti dalam video yang dia unggah sendiri, Pigai awalnya bercerita tentang sosok Prabowo yang patriotik negarawan.

“Jadi bapak ingin mencerminkan kebijakan dan juga akomodasi kepentingan bangsa. Sebagai perwujudan daripada Chandra Kebangsaan,” kata Pigai.

Hanya saja, saat ditanya mengenai posisi Menteri yang bakal dijabat Pigai, ia mengelak untuk memberikan jawaban.

“Saya tidak punya kewenangan menjawab, sebelum bapak ngomong sampaikan kepada publik menyebut nama, tapi saya pembantu bisa di mana aja,” imbuhnya.

Pigai bilang, pemanggilan Presiden terpilih Prabowo Subianto ke rumahnya merupakan imbalan atas jasanya yang memenangkan Ketum Gerindra pada Pilpres lalu.

“Jadi begini, saya ini berasal dari wilayah yang relatif agak jauh. Sebagai seorang prajurit itu bagaimana memenangkan pertarungan. Setelah itu tidak pernah memikirkan apa yang saya dapatkan tapi dihargai dan dihormati sebagai seorang petarung yang memenangkan pertarungan,” pungkasnya.

 

(Sumber: Fajar)

Beri Komentar