Jakarta—Rakernas Partai Keadilan Sejahtera yang digelar selama tiga hari di Hotel Atlet Century, Jakarta, ditutup dengan diskusi politik dengan tema “Meramal” Nasib PKS di Pemilu 2014 melalui “terawangan” Pimpinan Media Massa. Acara ini dipandu oleh Ahmad Mabruri (Humas PKS) dan menghadirkan perwakilan beberapa media massa; detik.com, Trijaya FM, Kompas, Gatra, dan TV One.
Menurut Rikard Bagun dari Kompas, PKS mempunyai dua nilai unggulan, yaitu partai yang mengusung nilai (bicara tentang keadilan) dan juga mempunyai ideologi. Kedua hal ini dilihat Kompas sebagai dialektika. PKS juga harus berani melihat sisi lain bahwa partai tak bisa lepas dari sistem politik yang ada di Indonesia. Artinya, selain didukung oleh komunitas, PKS juga harus dapat merangkul masyarakat luas. Selain itu, Rikard menekankan agar PKS menentukan siapa yang akan tampil pada 2014 untuk mengubah komparasi kondisi politik saat ini.
Berbeda dengan Kompas, Herry Muhammad dari Gatra berbicara nostalgia tentang bagaimana PKS bermetamorfosis dari PK dengan suara 1,3% di pemilu 1999 melonjak luar biasa menjadi 7,83% di pemilu 2004. Hal ini terjadi, menurut Herry, karena keberkahan berada dalam ‘satu rumah’. PKS sekarang, dinilai Herry sedang digerogoti dua hal, yaitu masalah internal partai soal ‘pembagian warisan’, dan masalah eksternal. Pembagian warisan terjadi karena pada fase setelah pemilu 2004, beberapa kader PKS telah ‘sejahtera’ dan banyak menduduki parlemen sehingga Herry menganalogikan, “Istilahnya, orangtuanya belum mati, anak-anaknya sudah berebut warisan, sudah bikin kavling-kavling.”
Selain itu, Herry menyentil adanya perbedaan pendapat di kalangan internal partai yang dapat menghambat PKS pada tahun-tahun mendatang. Istilah yang digunakan Herry untuk menunjukkan perbedaan tersebut sangat unik, misalnya dengan menggunakan ‘ideologi langitan’, yaitu para ustadz yang selalu berbicara tentang akhirat. Adapula ‘ancek-ancek’ atau dalam permainan panjat pinang, biasanya ‘ancek-ancek’ ini menjadi orang-orang yang dimanfaatkan untuk mensukseskan orang tertentu agar mencapai puncak pinang. Penyakit-penyakit inilah yang harus diwaspadai, diantisipasi, dan ditanggulangi oleh PKS jika ingin meraih kemenangan pada 2014.
Menanggapi beberapa komentar tersebut, Presiden PKS, Tifatul Sembiring lebih menekankan kepada para kader mengenai peran media, bagaimana berhubungan dengan media, dan jika memang analisis yang diberikan oleh teman-teman media tersebut benar, sebaiknya dijadikan koreksi dan pembelajaran bagi partai.
Tifatul juga menyinggung bahwa PKS juga adalah kumpulan manusia, yang senang harta, tahta, dan wanita. Koreksi, masukan, dan penilaian objektif dari beberapa media massa tentang PKS dinilai Tifatul sebagai satu hal yang baik. Presiden PKS juga menyatakan bahwa dirinya pun tak bisa menjamin partai yang dipimpinnya akan selalu bersih, tapi ia berujar, “Cuma kita berharap, berdoa, berupaya, berikhtiar supaya tak ada yang menjadi brutus-brutus dalam partai.” (indah)