Eramuslim.com – Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah, Dahnil A Simanjuntak, dengan tegas membantah jika pernah berpendapat seperti dicatut akun Twitter milik Kompas.com.
“Sy tdk pernah ngomong sprt itu, klo mengkritik penertiban yg lebay dan demonstratif Iya,” ujarnya melalui akunnya @Dahnilanzar, Kamis (16/6/2016).
Hal itu sampaikan menanggapi postingan Kompas.com di akun @kompascom terkait berita ibu Saeni, pemilik warung makan yang dagangannya disita Satpol PP Serang, Banten, Rabu pekan lalu.
“Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah, berpendapat kebijakan penutupan tempat makan itu menurunkan citra Islam #PolemikSaeni,” demikian tulis @kompascom, Rabu (15/06/2016) pukul 06.54 dalam catatan Twitter.
Menurut Dahnil, kicauan akun Twitter resmi media Kompas tersebut dinilai telah salah.
“Berkaitan dengan sikap saya terang sudah sy sampaikan tadi malam di acara Mata Najwa. Terang, bila Ada Tafsir lain sy tdk tahu,” jelasnya.
Berikut kutipan sikap Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah, Dahnil A Simanjuntak, terkait kasus razia di Kota Serang yang disampaikan saat menjadi salah satu nara sumber di acara Mata Najwa MetroTV, Rabu (15/6).
Dikutip dari akun @MataNajwa:
(1) Indonesia secara genetika itu toleran, tapi yg mendestruksi adalah kepentingan politik,” Ketua Pemuda Muhammadiyah @Dahnilanzar #MataNajwa
(2) “Masalah kita, negara kita tidak berani untuk menindak tegas,” Dahnil Simanjuntak, Muhammadiyah. #MataNajwa
(3) “Satpol PP nya saja yg lebay, media lebay, pemerintahnya jg lebay menanggapi kasus ini,” Dahnil Simanjuntak, Pemuda Muhammadiyah. #MataNajwa
(4) “Tinggal bagaimana menghadirkan komunikasi yang baik,” Dahnil Simanjuntak. #MataNajwa
(5) “Tapi ini bisa menjadi isu pariwisata. Ketika warung tutup semua, ini bisa menjual suasana Ramadhan,” Dahnil Simanjuntak. #MataNajwa
Lebih lanjut Dahnil menyatakan: “Warung diatur jam bukanya, atau warung buka ditambahin dg pesan2 penghormatan kpd yg berpuasa dll. Itu kan bisa menjadi eksotisme kultural,” kata Dahnil di akun twitternya.
“Jadi jangan tiba2 menyalahkan itu yg buat kebijakan warung dibatasi tutupnya tdk toleran, justru sangat toleran. Itu unik lho. Eksotisme kultural,” terangnya.
“Yg lebay itu ktk reaksi media, Pemerintah pusat seolah menyalahkan eksotisme kultural yg blm di kapitalisasi, dan lebay jg razia2 yg tak KREATIF itu,” sebutnya.(ts/portalpiyungan)