Sedikitnya 820 jiwa melayang saat musim mudik Lebaran tahun ini. Hal tersebut disesalkan banyak pihak mengingat hampir setiap tahun sejumlah nyawa melayang jelang Hari Raya Idul Fitri.
Salah satu Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Ridwan, mengaku sangat menyayangkan kejadian ini. Menurutnya, terlalu murah harga nyawa manusia hanya karena persoalan mudik menjelang Idul Fitri. Terlebih, Cholil menyayangkan tragedi ini kerap terjadi setiap tahun.
“Fenomena ini sangat menyedihkan. Karena tewas saat mudik dalam Islam tidak terkategori mati syahid. Islam tidak mengenal istilah mudik, ini hanya kebudayaan kita saja. Karena itu sangat sia-sia nyawa manusia melayang,” kata Cholil saat berbincang dengan Okezone, Senin (27/8/2012).
Cholil memaparkan, mudik tidak termasuk golongan orang yang berjihad secara agama. Karena itu, dirinya menyarankan kepada umat Muslim agar kedepannya tidak memaksakan mudik saat menjelang Lebaran guna menghindari kepadatan lalu lintas yang berpotensi menimbulkan kecelakaan.
“Yang wajib bagi umat Muslim bukanlah mudiknya, tetapi merakayan Hari Raya-nya pada 1 Syawal. Jadi tak perlu memaksakan diri pulang kampung saat jelang Lebaran. Kalau memang niatnya ingin silaturahmu dengan keluarga di kampung kan bisa kapan saja tanpa harus menunggu Idul Fitri,” tandas Cholil.
Cholil juga berharap pemerintah segera bersikap soal banyaknya warga yang menjadi korban akibat budaya mudik. “Pemerintah bisa berperan dengan cara mengimbau tidak mudik saat Lebaran, hal ini dilakukan bukan untuk melarang silaturahmi tetapi lebih kepada menghindari potensi kecelakaan,” pungkasnya.
Sebagaimana diketahui berdasarkan data sementara Korlantas Polri, jumlah korban meninggal dunia dalam kecelakaan lalu lintas angkutan selama mudik Lebaran sejak 11 Agustus hingga 25 Agustus sudah tercatat sebanyak 820 orang. Jumlah korban tewas tersebut terdiri dari 4.704 peristiwa kecelakaan lalu lintas. Selain memakan korban jiwa, sebanyak 1.366 pemudik mengalami luka berat, dan 4.474 lainnya mengalami luka ringan.(fq/okezone)