Prosedur penanggulangan bencana alam sebaiknya dimasukan dalam kurikulum sekolah, untuk mengubah pola pikir serta menimbulkan insting tanggap terhadap bencana bagi para siswa.
Hal tersebut disampaikan oleh Presidium Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI) Henny Vidiarina disela-sela Workshop yang bertema Pengurangan Resiko Bencana Berawal dari Sekolah, di Hotel Milenium, Jakarta, Rabu (11/10).
"Yang paling penting dalam penanganan bencana adalah perubahan cara berpikir, bagaimana kita menumbuhkan budaya aman dan berjaga-jaga, untuk menumbuhkan itu, salah satu aksesnya melalui sekolah,"ujarnya.
Menurutnya, kurikulum tentang penanggulangan bencana itu tidak hanya disisipkan di mata pelajaran tertentu, tapi dibuat secara terpisah menjadi satu mata pelajaran.
Lebih lanjut Henny menjelaskan, pemberdayaan kurikulum sekolah sebagai sarana untuk penanggulangan bencana ini disesuaikan dengan tingkat kerawanan bencana disesuatu daerah.
Ia menambahkan, langkah awal penerapan kurikulum ini dapat berupa pengenalan tanda-tanda bencana melalui cerita rakyat kepada siswa sekolah dasar, selain itu juga dilakukan pelatihan reguler kapada guru, orang tua ataupun para siswa.
"Langkah ini cukup efektif untuk mengingatkan terus masyarakat tentang bencana yang pernah dialami misal tsunami, karena belum tentu bencana itu terulang setahun sekali, bisa saja orang lupa," tandasnya.
Henny memuji inisiatif Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang telah menghasilkan permainan sejenis ular tangga, yang berisi pesan-pesan dalam penanganan bencana.(novel)