“Kenapa nasihat itu perlu? Karena Macron beberapa kali membuat pernyataan yang menyudutkan Islam,” kata Dradjad.
Sebagian analis politik Perancis menilai, kata Dradjad, Macron melakukannya untuk persiapan pilpres 2022. Popularitas Macron memang anjlok drastis. Rakyat Perancis cenderung kecewa dengan kinerjanya. Pendukungnya dari kelompok kiri dan tengah banyak yang lari. Jadi muncul kesan, Macron berusaha menarik dukungan dari kelompok konservatif dan kanan dengan jalan menyudutkan Islam.
“Contoh ucapan Macron adalah pada tanggal 2 Oktober 2020. Sebagaimana diberitakan BBC, dia mengatakan: “Islam is a religion that is in crisis all over the world today, we are not just seeing this in our country,” kata Dradjad menjelaskan.
Islam disebutnya sebagai agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia. Kata-kata seperti ini tidak pantas diucapkan oleh seorang pemimpin global. Apalagi, terhadap agama selain Islam, Macron tidak pernah mengaitkan kekerasan atau teror dengan agama yang dipeluk pelakunya.
Menurut Dradjad, Macron sebagai Presiden justru wajib membuat kebijakan sehingga laïcité di Prancis bisa dipegang teguh dengan tetap menghargai perasaan semua umat beragama di Prancis. Bukan hanya umat Islam lho.
Macron sudah tahu bahwa gambar apalagi kartun Nabi Muhammad SAW itu sangat ofensif bagi umat Islam. “Apa sulitnya sebagai Presiden dia menghargai hal tersebut? Bagaimana caranya? Dia kan Presiden dari salah satu negara terkuat di dunia. Negara yang punya hak veto di Dewan Keamanan PBB. Kewajiban dia lah mencari caranya,” ungkap Dradjad. (rol)