“Kami menggantinya dengan produk-produk lokal buatan UMKM,” kata Hanis kepada Anadolu Agency.
Hanis juga sengaja memasang pengumuman boikot di produk Prancis di pintu masuk minimarketnya.
Sedangkan produk Prancis yang ada di dalam minimart sengaja ditutup plastik rapat dan ditempeli kertas bertuliskan “Boikot Produk Prancis. Barang ini tidak dijual”.
“Urusan akidah, kami tidak bisa tawar menawar. Saya juga ikut dalam demonstrasi mengecam Macron,” kata dia.
Menyambut seruan MUI
Sementara itu, Indaragiri Mart, supermarket yang terletak di Kabupaten Indragiri Hulu, Riau juga ikut memboikot produk-produk Prancis.
Di Indragiri Mart, beberapa produk Perancis yang sudah terlanjur terpajang diberi label dan pengumuman bahwa produk tersebut tidak dijual, hingga waktu yang tidak ditentukan.
Imron Rosyadi, Ketua Dewan Pengawas Syariah Indragiri Mart, menyampaikan barang-barang yang diboikot antara lain air minum kemasan, kosmetik, dan susu.
“Kami mengikuti arahan Majelis Ulama Indonesia yang menyerukan boikot, saya sendiri sebagai pengawas syariah merasa perlu ada aksi yang nyata untuk melawan pernyataan Macron,” kata Imron kepada Anadolu Agency.
Imron mengatakan tidak ada keluhan dari konsumen terkait pemboikotan produk-produk Prancis.
Para konsumen, kata dia, memahami langkah boikot ini sebagai bentuk solidaritas umat Islam.
Mereka juga mencari produk-produk lain jika barang yang mau dibeli ternyata masuk dalam daftar boikot.
“Konsumen lebih memilih beralih produk,” kata Imron.
Imron juga mengatakan pengunjung yang datang semakin bertambah karena konsumen semakin percaya dengan komitmen pembelaan Indragiri Mart kepada umat Islam.
“Rata-rata para pembeli sudah memiliki visi yang sama dengan kami,” kata Imron.
Imron menyatakan Indragiri Mart akan terus melakukan boikot sampai Presiden Macron meminta maaf kepada umat Islam.
“Kami ingin memberi efek jera kepada Macron,” kata dia. (*)