Eramuslim – Pendiri Institute for Study of Islamic Thought and Civilization (INSIST), Adnin Armas ikut menanggapi upaya terselubung untuk mematikan pertumbuhan ekonomi umat melalui koperasi 212 dengan menyebutnya tindakan intoleransi.
“Apa yang mereka permasalahkan atas koperasi 212 ini. 212 Mart ini didirikan sesuai prosedur yang berlaku, siapapun berhak belanja di sana tanpa memandang ras suku dan agama,” ujarnya saat dihubungi Kiblat.net, Kamis, (8/3/2018).
Ketua Yayasan Keadilan Untuk Semua itu menilai justru yang dipermasalahkan adalah mereka yang menolak koperasi 212. Penolak justru di sana merasa terganggu persaingannya dengan kebangkitan ekonomi umat Islam.
“Mereka yang menolak ini patut dipertanyakan apa hak mereka melarang seseorang untuk berbisnis. Hal seperti itulah yang disebut intoleransi memancing emosi umat,” ujarnya.
Adnin berharap umat perlu mendapatkan edukasi agar cerdas dalam menyikapi suatu isu dan peristiwa. Tugas menjaga kebangkitan Islam adalah kewajiban seluruhnya. Sehingga banyaknya masalah yang dihadapi umat saat ini bisa diselesaikan dengan cara berjamaah saling bahu membahu.
“Permasalah internal umat Islam juga tidak perlu dibicarakan di ranah publik. Perselisihan itu bisa diselesaikan dengan bermusyawarah yang baik,” pungkasnya.
Sebagaimana diberitakan, ada sejumlah pihak yang menolak kehadiran minimarket 212 Mart di Kalimantan. Pihak tersebut keberatan dengan nama 212, yang merujuk Aksi Bela Islam 2 Desember 2016 di Jakarta. (Ki/Ram)