Duta Besar Mesir untuk Indonesia Muhammad El Sayed Taha mengatakan, Mesir tetap mengutamakan memberikan beasiswa bagi mahasiswa Indonesia untuk belajar di Universitas Al-Azhar.
"Mahasiswa Indonesia, yang kini sedang belajar di Mesir, khusus di Universitas Al-Azhar, berjumlah sekitar 5.000 dan setiap tahun, Mesir memberi 115 beasiswa bagi mahasiswa baru, " kata Taha dalam silaturahim antara wartawan, di kantornya, Jakarta.
Duta Besar yang akan mengakhiri tugasnya pada Agustus mendatang menyatakan, pemberian beasiswa itu, yang telah berlangsung puluhan tahun, merupakan wujud ikatan kuat persahabatan di antara kedua bangsa.
"Hubungan bersejarah antara kedua bangsa itu terjalin jauh sebelum Indonesia merdeka, ditandai dengan sebuah ruang di masjid
Al-Azhar, Kairo, yang diberi nama Ruaq Jawi, untuk asrama bagi mahasiswa dari Indonesia lebih dari 100 tahun lalu, " katanya.
Ia menyatakan, jalinan hubungan Al-Azhar dengan Indonesia sangat kuat, sehingga setiap Syeikh Agung (pemimpin tertinggi) Al-Azhar selalu berkunjung ke Indonesia.
Pada 2006, Taha menjelaskan, Syeikh Agung Al-Azhar Prof Dr Muhammad Sayed Tantawi memenuhi undangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk berkunjung ke Indonesia dan menghadiri hari ulang tahun ke-80 pondok modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur.
Pada 1995, Syeikh Agung Al-Azhar Gad El-Haq Ali Gad El-Haq, pendahulu Syeikh Tantawi, juga berkunjung ke Indonesia atas undangan Wakil Presiden Try Soetrisno untuk menghadiri Festival Masjid Istiqlal di Jakarta.
"Hubungan baik itu ditandai pula dengan Mesir sebagai negara pertama mengakui kemerdekaan republik Indonesia, disusul dengan kedua negara secara resmi menjalin hubungan diplomatik pada 10 Juni 1947, " ungkapnya.
Lebih lanjut Duta Besar Mesir mengemukakan bahwa dari 115 beasiswa tersebut, 100 beasiswa untuk program strata satu, 10 diberikan kepada mahasiswa pascasarjana di Al-Azhar dan lima lagi untuk pascasarjana di universitan umum, seperti Universitas Kairo dan Universita Ain Shams.
Selain itu, katanya, Al-Azhar juga mengirim 47 dosen dari Al-Azhar untuk mengajar di berbagai universitas Islam negeri di Indonesia dan di beberapa pesantren. Selama di Indonesia, kebutuhan dosen dari Mesir itu ditanggung Al-Azhar, sementara akomodasi disediakan pemerintah Indonesia.
Di sisi lain, Mesir juga memprakarsai pelatihan jurudakwah Indonesia ke Mesir selama tiga bulan. Dari biaya program itu, da’i hanya menanggung tiket pesawat, sementara biaya akomodasi dan konsumsi selama di Mesir sepenuhnya ditanggung Al-Azhar.
Dubes Taha juga menjelaskan beragam masalah mengenai hubungan dwipihak Indonesia-Mesir, mencakup kerjasama pendidikan, budaya, ekonomi, dan perdagangan.
Dalam bidang perdagangan, menurutnya, pada tahun lalu, nilai ekpor-impor Indonesia-Mesir mencapai 630 juta dolar Amerika Serikat, yang tetap surplus bagi Indoneia.
Di samping itu, nilai penanaman modal Indonesia di Mesir tercatat sekitar 600 juta dolar Amerika Serikat, sementara investasi Mesir di Indonesia baru berkisar 20 juta dolar Amerika Serikat.
Saat ditanya mengapa modal Mesir di Indonesia masih kecil, Taha menjelaskan bahwa itu terjadi karena kekurangan promosi Indonesia di Mesir. (novel/ant)