Merujuk Kebudayaan Jawa, Ridwan Saidi Sebut Habib Rizieq Satrio Piningit yang Ditunggu-tunggu

Ramalan tentang Satrio Piningit

Dikutip dari berbagai sumber, Satria Piningit atau Ratu Adil merupakan mitologi yang mengatakan bahwa akan datang seorang pemimpin yang akan menjadi penyelamat, ia akan membawa keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakatnya.

Raja tersebut disebut juga “Erucokro”.

Ramalan tentang datangnya Ratu Adil ini berasal dari Prabu Jayabaya, Raja Kediri 1135-1157, yang kemudian diteruskan oleh pujangga Kraton Surakarta, Raden Ngabehi Ronggowarsito (1802-1973).

Pertanda kedatangan Ratu Adil adalah adanya kemelut sosial, malapetaka alam, serta jatuhnya raja besar yang ditakuti.

Pemerintahan yang mengganti raja yang ditakuti tidak berlangsung lama.

Ratu Adil bersenjata trisula weda. Sebagaimana yang disebutkan oleh ramalan Jayabaya senjata Ratu Adil adalah trisula, senjata bermata tiga dan weda.

Untuk kalimat yang satu ini dimaknai secara tersirat, karena Satrio yang dipingit tidak membawa trisula ke mana-mana.

Dalam pemaknaan trisula wedha, secara garis besar bisa dimaknai tiga menjadi satu, seperti ilmu, amal dan iman, bumi, langit, dan isinya: kiri, kanan, tengah: bener, jejeg, dan jujur, atau apa pun yang secara filsafat mengandung makna tiga menjadi satu.

Hal ini, sesuai dengan derajat dewa, sehingga berkelakuan mulia.

Ratu Adil, Satria Pininggit bukan Imam Mahdi dan bukan merupakan sosok yang sama, sangat berbeda, Jawa kuno (dwipa) mengenal sosok Ratu Adil dari zaman dahulu, dia adalah sosok keturunan dari Krisna.

Dalam ugo wangsit Sliwangi tertulis jelas bahwa Ratu Adil atau budak angon (kiasan dari orang atau golongan rakyat biasa), disebutkan pula dalam ugo wangsit siliwangi bahwa ratu adil atau budak angon ditemani oleh pemuda berjanggut (orang yang dekat sebagai penasehat).

Dalam ramalan Jayabaya disebutkan bahwa Satrio Piningit itu adalah sosok ksatria pilihan yang akan muncul bersamaan puncak terjadinya goro-goro,  gonjang-ganjing dan ketidakadilan di negeri ini. [Gelora]